TEMPO.CO, Jakarta - Empat tokoh disatukan dalam sebuah forum yang berbagi pengalaman tentang filosofi hidup dan kepemimpinan. Forum yang digagas Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) itu menghadirkan presiden ke-3 Indonesia BJ Habibie, presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, mantan wakil presiden Try Sutrisno, dan presiden pertama Timor Leste Xanana Gusmao.
Pendiri FPCI, Dino Pati Djalal, menjelaskan keempat tokoh tersebut merupakan negarawan yang meninggalkan jejak pengabdian dalam periode kepemimpinannya masing-masing. "Faktor pemimpin itu masih penting lantaran mereka menjadi personifikasi suatu negara. Tak banyak presiden atau kepala negara yang selau dikenang sejarah," ujarnya, Minggu, 17 Mei 2015.
Try Sutrisno yang didaulat sebagai pembicara pertama mengatakan seorang pemimpin harus memiliki karakter yang kuat, berani berjuang, dan ikhlas menerima risiko. Mereka juga harus optimis, kritis, taktis serta mampu mengevaluasi diri. Menurut dia, para pemimpin Indonesia memiliki tanggung jawab yang sama dalam menjaga kedaulatan dan mewujudkan cita-cita bangsa sesuai amanat konstitusi. "Jangan korbankan rakyat dengan konflik," ujarnya.
Adapun Habibie menitikberatkan pada aspek produktivitas yang berakar pada budaya, agama, ilmu pengetahuan dan teknologi. Begitupun dengan sinergi pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Menurut dia, negeri maritim yang memiliki 17.000 pulau ini memerlukan strategi pembangunan yang tak bisa disamakan dengan negara lain. Itu mengapa sejak lama ia merintis pendirian industri dirgantara.
Konsep kepemimpinan versi SBY mengungkit teori kekuasaan yang menjelaskan hubungan rakyat dan penguasa dalam sistem demokrasi. Menurut dia, kekuasan merupakan amanat yang harus dijalankan sesuai kehendak rakyat. Seorang pemimpin juga berkewajiban menunaikan janji-janji mereka kepada para pemilihnya. "Yang terpenting kontrol terhadap kekuasaan, baik oleh diri sendiri maupun orang lain," katanya.
Menurut SBY, kontrol terhadap suatu kepemimpinan merupakan hal yang lazim dalam sistem demokrasi. Para politikus, praktisi media, maupun rakyat luas memiliki hak yang sama untuk mengingatkan seorang penguasa jika kebijakan yang mereka buat dianggap melenceng dari tujuan bernegara. "Tapi jangan sekali pun berfikir soal kudeta karena itu jalan yang tidak halal dan tidak sah," ujarnya.
Xanana Gusmao menjelaskan pengalamannya yang tercermin saat memimpin kelompok Fretilin maupun sebagai perdana menteri. Menurut dia, seorang pemimpin merupakan teladan bagi orang lain. Mereka juga harus memiliki jiwa besar dan tidak melanggengkan sikap permusuhan dengan siapa pun. "Jangan ajari siapa pun dengan sikap kebencian karena itu akan memperpanjang konflik," katanya.
Keempat tokoh yang menjadi pembicara Minggu malam itu memiliki jejak pengalaman yang beririsan dengan sejarah Timor Leste. Try Sutrisno adalah orang Panglima TNI yang memerintahkan penangkapan Xanana pada 1992. Adapun Habibie adalah presiden yang memfasilitasi referendum kemerdekaan Timor-Timor, sementara SBY pernah bertempur selama lima tahun dengan pasukan Xanana semasa ketika masih menjadi komandan peleton di ABRI.
RIKY FERDIANTO