TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi Bidang Pemerintahan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta, Lucky Prihatta Sastrawiria menyebut perombakan pejabat yang kerap dilakukan oleh Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai metode try and error. Artinya, Ahok bakal terus mengganti pejabat sampai mendapatkan orang yang cocok dengan dia.
Walhasil, tak jarang Ahok menempatkan pejabat yang bukan sesuai dengan kapasitasnya. "Banyak yang tidak ditempatkan di posisi yang benar," kata Lucky saat dihubungi, Sabtu 16 Mei 2015. Tak heran jika Ahok kembali mengganti pejabat meskipun baru satu semester bekerja.
Ahok kembali merombak jajaran pejabat di tingkat eselon III dan IV. Sebanyak 41 pejabat tingkat itu, oleh Ahok akan distafkan. Ahok tidak sendirian dalam memutuskan perkara kepegawaian ini. "Keputusan berdasarkan rekomendasi kepala dinas, atau kepala SKPD dan UKPD," ucap Kepala Badan Kepegawaian Daerah, Agus Suradhika.
Lucky menyarankan agar Ahok tak buru-buru mengganti setiap pejabatnya. "Beri mereka kesempatan sampai satu tahun anggaran," kata Ketua Fraksi Partai Demokrat ini.
Kinerjanya akan lebih terlihat jika diberi kesempatan sampai satu tahun anggaran karena berdasarkan penyerapan anggaran. "Kalau penyerapannya rendah baru distafkan."
Selain itu, ancaman yang kerap dilontarkan Ahok jika performa buruk bakal distafkan, menurut dia, tak baik bagi para pegawai. "Mereka ketakutan kalau tidak dikerjakan bisa distafkan, tapi jika dikerjakan takut terkena kasus."
Posisi tersebut, ujar Lucky membikin pegawai gamang. "Mereka ini gamang," ucapnya. Lucky menyebut kegamangan pegawai seperti buah simalakama.
ERWAN HERMAWAN