TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan pemerintah saat ini sedang mempertimbangkan semua opsi bagi para pengungsi Rohingya. Tak hanya kelanjutan hidup mereka, Indonesia juga akan mendorong adanya perdamaian atas konflik etnis yang terjadi di Myanmar.
"Semua opsi sedang dipertimbangkan, yang cocok dengan kemanusiaan apa," kata Kalla di kantornya, Selasa, 19 Mei 2015. Sebagai negara besar, kata Kalla, Indonesia harus ikut serta dalam menyelesaikan masalah kemanusiaan negara lain.
Apalagi Indonesia dulu juga pernah mengalami masa susah sebelum merdeka. "Kita terkena bencana juga dibantu, sekarang ada negara susah, kita harus balik membantunya."
Kalla mengatakan hari ini juga sudah melakukan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengenai masalah Rohingya ini. Namun dia enggan membeberkan masukan yang diberikan oleh Menteri Retno. "Ah tak mungkin saya buka semua di sini."
Indonesia pernah memberikan kemudahan bagi para pengungsi perang Vietnam. Bahkan para pengungsi ditempatkan khusus di Pulau Galang, Batam. Mereka menetap tahunan di sana. Menanggapi hal tersebut, Kalla mengaku masih mempertimbangkannya. "Saya bilang lagi, masih dipertimbangkan semuanya."
Sebanyak 677 imigran Rohingya dan Bangladesh ditampung di kamp pengungsian Kuala Langsa setelah diselamatkan nelayan Aceh saat kapal mereka terapung dan nyaris karam pada Jumat, 15 Mei 2015. Para pengungsi ini terdiri dari 421 lelaki asal Bangladesh, dan 256 orang dari etnis Rohingya, Myammar.
Dari 256 pengungsi Rohingya asal Myanmar, sebanyak 117 pria, 76 perempuan, dan 61 anak, serta 1 bayi umur 4 bulan. Kini para pengungsi tersebut ditangani oleh Pemerintah Kota Langsa, IOM, dan UNHCR.
FAIZ NASHRILLAH