TEMPO.CO, Jakarta - PT Pelindo III (Persero) mulai membangun Terminal Multiguna Teluk Lamong Tahap II di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Diprediksi volume pekerjaan pengangkutan peti kemas di Terminal Teluk Lamong bakal penuh dalam 2-3 tahun ke depan. Perluasan tahap ini ditargetkan selesai pada 2016.
"Peralatan sudah kami pesan. Tahun depan akan datang," ujar Direktur Utama PT Pelindo III Djarwo Surjanto di kantor Kementerian Perhubungan, Selasa, 19 Mei 2015. Pembangunan bakal memakan biaya hingga Rp 7 triliun dengan sumber pendanaan berasal dari hasil penjualan surat utang perusahaan di pasar global senilai US$ 500 juta.
Kepadatan pekerjaan, ia mengungkapkan, terjadi lantaran adanya limpahan kapal dari Terminal Tanjung Perak, terutama yang berasal dari domestik. Maklum, aktivitas bongkar-muat seluruhnya dijalankan secara elektronik sehingga dwelling time (masa tunggu bongkar-muat) berjalan lebih cepat.
Pada proyek tahap II ini, Pelindo III hendak membangun dermaga curah kering seluas 250 x 30 meter persegi, lapangan penumpukan, 15 unit pembangkit listrik, dan mereklamasi area penunjang. Untuk meningkatkan kinerja bongkar-muat, perusahaan juga menambah tiga unit ship to shore (STS) crane domestik, dua unit STS crane internasional, dan sepuluh automatic stacking crane.
Hari ini, Pelindo III juga menandatangani kesepakatan konsesi area terminal dari Kementerian Perhubungan untuk area seluas 386,12 hektare. Area ini terdiri atas zona operasi langsung terminal seluas 140 hektare dan zona pendukung operasional lini I seluas 246,12 hektare.
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mensyaratkan, setelah mendapat konsesi tersebut, Pelindo diwajibkan menyetor 2,5 persen dari pendapatan kotor per tahun kepada negara. Sebagai gantinya, area tersebut dikuasai Pelindo III hingga 72 tahun mendatang. "2,5 persen itu termasuk kecil. Kalau tidak sanggup berarti skema bisnisnya harus diubah," ujar Jonan.
Untuk investasi ini, perusahaan menargetkan mampu mencapai balik modal (break even point) dalam tempo 60 tahun. Keuntungan diperoleh dari tarif muatan sebesar US$ 83 per TEUs (twenty feet equivalent units) untuk kapal internasional, dan sekitar US$ 60 per TEUs untuk kapal domestik.
Saat ini, kapasitas muatan terpasang Terminal Teluk Lamong sudah mencapai 1,5 juta TEUs per tahun. Aktivitas bongkar-muat dilakukan secara semi-otomatis yang tersistem. "Untuk mencegah adanya praktek cingcay di pelabuhan," kata Djarwo. Pembangunan terminal ini sebenarnya mencakup empat tahap. Tahap ketiga bakal dimulai pada 2021-2023, sementara tahap keempat ditargetkan selesai pada 2030.
ROBBY IRFANY