TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim mengatakan telah membaca pidato sambutan Presiden Joko Widodo dalam acara peringatan Konferensi Asia-Afrika. Kim mengatakan Jokowi mungkin tak tahu bahwa dia adalah aktivis, dokter medis, dan antropolog sebelum menjadi bos Bank Dunia.
Dua puluh tahun silam, Kim mengklaim, dia terlibat dalam gerakan bernama Cukup 50 Tahun yang menyuarakan penutupan Bank Dunia. "Alasan saya memprotes Bank Dunia adalah mereka terlalu berfokus pada pertumbuhan PDB dan tidak cukup berfokus pada investasi manusia melalui pendidikan," katanya di Kantor Presiden, Rabu, 20 Mei 2015. Dia mengatakan kepada Jokowi bahwa Bank Dunia telah banyak berubah dalam 20 tahun terakhir.
Kim menambahkan, lembaga yang dibentuk pada masa akhir Perang Dunia II itu telah berkembang dengan cara yang mencerminkan sifat dunia. "Saya dapat meyakinkan Anda, diskusi yang terjadi sekarang di kelompok Bank Dunia adalah diskusi yang sangat rumit, sangat sensitif," katanya.
"Saya bertemu dengan Presiden Widodo hanya untuk mengatakan: 'Kami mendengarkan Anda. Kita tahu bahwa dunia sedang berubah. Kita tahu bahwa organisasi ini harus berkembang'."
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyampaikan pandangannya tentang kondisi dunia yang masih sarat dengan ketidakadilan dan ketidakseimbangan dalam pidato pembukaan Peringatan 60 Tahun KAA.
Menurut Presiden Jokowi, negara-negara di kawasan Asia-Afrika harus membangun tatanan ekonomi dunia baru yang terbuka untuk menciptakan kekuatan ekonomi baru. Jokowi mendesak dibukanya reformasi arsitektur keuangan global untuk menghilangkan dominasi kepentingan negara atas warga negara lain.
"Pandangan yang mengatakan persoalan ekonomi dunia hanya bisa diselesaikan oleh Bank Dunia, IMF (International Monetary Fund), dan ADB (Asian Development Bank) adalah pandangan usang yang perlu dibuang," kata Jokowi, Rabu, 22 April 2015.
Jokowi mengatakan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi baru sedang bangkit dan siap memainkan peran global demi tujuan positif. Untuk itu, Indonesia siap bekerja sama dengan semua pihak untuk mewujudkan cita-cita yang mulia itu. "Kita berdiri sejajar sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Kita bisa melakukan itu semua dengan membumikan semangat Bandung," katanya.
ALI HIDAYAT