TEMPO.CO, Jakarta--Pengacara senior Todung Mulya Lubis mengapresiasi kebijakan Presiden Joko Widodo memilih sembilan perempuan sebagai panitia seleksi calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi. Todung menilai langkah Jokowi tersebut membawa sejarah baru dalam dunia hukum Indonesia. "Mereka ini seperti sembilan Srikandi. Ini pertama dalam sejarah Indonesia," katanya melalui sambungan telepon, Kamis, 21 Mei 2015.
Srikandi yang dimaksud Todung adalah tokoh dalam kisah Mahabharata. Dalam pewayangan, Dewi Srikandi disebut sebagai pemimpin prajurit wanita yang kerap turun ke medan perang. Kisah heroiknya dikenal lantaran membunuh Bisma, ahli perang yang juga kakek dari Pandawa maupun Kurawa.
Presiden Joko Widodo baru saja memilih sembilan nama anggota panitia seleksi pimpinan KPK yang semuanya perempuan. Latar belakangnya cukup beragam, dari ahli hukum, ahli keuangan, sosiolog, ahli ilmu teknologi, hingga psikolog. Mereka bertugas menghimpun dan menelusuri rekam jejak pendaftar jabatan lima pimpinan KPK yang bakal lowong Desember mendatang.
Menurut Todung, panitia seleksi adalah cerminan bentuk KPK selanjutnya. Apakah lembaga antikorupsi itu menghadapi masa depan yang kuat dari segala cobaan, maupun sebaliknya semakin melemah. Bahkan berakhir menjadi pelengkap pemerintahan saja.
Todung yakin dengan sembilan perempuan panitia seleksi tadi, akan lahir putra-putra terbaik yang bakal memimpin KPK selanjutnya. Apalagi, para anggota tim, kata Todung, diisi oleh orang-prang yang teguh memegang komitmen pemberantasan korupsi. Mereka yang dikenal baik Todung diantaranya Harkrituti Haskrisnowo (Kemenkumham), Natalia Subagyo (ahli tata kelola pemerintahan), dan Diani Sadiawati (Bappenas). "Saya mempunyai optimisme buat mereka," katanya.
Todung mengatakan salah satu kunci sukses panitia seleksi dalam menjalankan tugas adalah transparansi dan sikap terbuka. Dua hal tersebut secara sendirinya akan membantu panitia terhindar dari "penumpang gelap" alias orang-orang yang disisipkan kelompok tertentu untuk memperlemah KPK. Sebab, publik bisa langsung mengawasi dan mengawal kinerja panitia seleksi.
Todung menilai sikap tertutup panitia seleksi akan membuat KPK yang saat ini sedang dirongrong banyak pihak semakin tak berdaya. Kejadian yang menimpa KPK, yakni dua pimpinannya, Abraham Samad dan Bambang Widjojanto ditetapkan tersangka, akan mudah terulang.
TRI SUHARMAN