TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo sudah terkenal dengan hobi blusukan-nya. Tak hanya itu, ternyata ada kebiasaan lain yang juga selalu dilakukan oleh Jokowi yaitu lobi makan siang.
Kebiasaan lobi makan siang sudah diterapkan Jokowi bahkan sejak masih menjabat Wali Kota Solo. Jokowi berkali-kali mengundang pedagang kaki lima untuk makan siang sebelum merelokasi mereka dari Monumen 45 ke Pasar Klithikan Notohardjo. Berkat lobi makan siang, relokasi itu berjalan lancar.
Pengamat politik Populi Center, Nico Harjanto, mengatakan kebiasaan Jokowi itu tak berubah bahkan hingga dia berada di Jakarta. "Komunikasi personal dia tak ada yang berubah," kata Nico saat dihubungi, Kamis, 21 Mei 2015.
Nico juga pernah diundang makan siang oleh Jokowi di Istana Negara bersama sejumlah pengamat lainnya. Saat itu, tutur Nico, suasana makan siang sangat cair. Jokowi bahkan menghampiri dulu tamu-tamunya dan langsung menyalami. "Bukan kami yang harus antre untuk salaman."
Saat bincang-bincang, kata Nico, Jokowi menunjukkan gaya khasnya. Dia tak banyak bicara, lebih banyak mendengarkan. Jokowi juga tak marah saat pengamat menyampaikan kritikan mereka.
Nico menilai gaya komunikasi Jokowi itu sangat efektif. Terbukti, kata dia, banyak permasalahan ego sektoral dan ego antarelite yang dapat diselesaikan Jokowi. "Dia bisa berkomunikasi cair dengan Prabowo, Setya Novanto, pimpinan KMP, pimpinan KIH, pengamat, hingga mahasiswa," ujar Nico.
Hanya saja, Nico mengingatkan agar Jokowi lebih selektif bila ingin melakukan komunikasi langsung untuk menyelesaikan suatu masalah. Menurut Nico, ada hal-hal yang tak harus diselesaikan langsung oleh Jokowi tapi dapat didelegasikan ke menteri atau gubernur di bawahnya.
Nico mengimbau agar Jokowi hanya turun tangan langsung pada masalah-masalah yang memang tak bisa diselesaikan jajaran di bawahnya. Misalnya saja polemik Papua, pelanggaran HAM di masa lalu, serta pemberantasan mafia di berbagai sektor.
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA