TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat transportasi dari Universitas Indonesia, Ellen Tangkudung, mengatakan pembangunan light rail transit (LRT) harus terintegrasi dengan moda transportasi lainnya agar mempermudah masyarakat yang ingin berganti transportasi masal.
Selain terintegrasi, kata Ellen, sarana dan prasarana transportasi, seperti stasiun dan jembatan penyeberangan, harus disiapkan. “Jadi semua transportasi massal harus sinkronisasi,” katanya ketika dihubungi Tempo, Rabu, 20 Mei 2015.
LRT akan dibangun di Jakarta mulai tahun ini. Menurut Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, pemerintah sudah menyiapkan Rp 1 triliun untuk pembangunan tahap awal pada Agustus-Oktober 2015, yaitu koridor I LRT yang akan menghubungkan Kelapa Gading dan Kebayoran Lama sepanjang 21,6 kilometer dengan pembangunan tiang pancang dan rel sampai Kebon Sirih.
Di koridor I itu, kata Heru, ada 22 stasiun pemberhentian, yaitu Gading Nias (stasiun asal), Mal Kelapa Gading, Kelapa Gading, Pulo Mas, Perintis Kemerdekaan, Cempaka Mas, Cempaka Putih, Pasar Cempaka Putih, Galur, Senen, Kwitang, Kebon Sirih (target awal sampai Kebon Sirih), Bank Indonesia, Tanah Abang, Kebon Jati, Petamburan, Slipi, Palmerah, Senayan Parkir Barat, Senayan Pemuda, Simprug, dan Kebayoran Lama.
Rute itu, kata Heru, karena tidak ada masalah ihwal pembebasan lahan. Namun dana Rp 1 triliun itu diperkirakan baru dapat membangun 500 meter jalur LRT. Untuk satu koridor dibutuhkan dana sekitar Rp 6 triliun, tergantung panjang lintasan. Proses lelang proyek ini akan dibuka pada Juni 2015. “Pak Ahok minta cepat,” tuturnya.
Dana ini sudah dimasukkan ke APBD Perubahan 2015. Dalam rapat minggu lalu, kata Heru, sempat ada wacana untuk menggelontorkan dana Rp 2 triliun, tapi tidak dilakukan Heru. Dia mengaku tak berani ambil risiko jika penambahan ini akan berdampak buruk untuk program lainnya.
HUSSEIN ABRI YUSUF