TEMPO.CO, Jakarta - Badan Narkotika Nasional menyatakan 75 persen peredaran narkoba dikendalikan dalam lembaga pemasyarakatan. Bahkan angka penjualan narkotik di Indonesia mencapai Rp 6,31 triliun.
Deputi Hukum dan Kerja Sama BNN Aidil Chandra Salim mengatakan peredaran narkotik di Indonesia begitu mudah. Bahkan peredarannya hampir sepenuhnya dikendalikan dari dalam lembaga pemasyarakatan.
"Saat ini Indonesia sudah dinyatakan darurat narkoba," ucap Chandra saat meneken nota kesepahaman antara BNN dan Universitas Indonesia dalam pencegahan dan pemberantasan narkoba di lingkungan kampus, Jumat, 22 Mei 2015.
Total, sedikitnya ada empat juta orang Indonesia yang menjadi pecandu narkoba. Angkat empat juta ini, menurut dia, jangan dilihat kecil dari total penduduk Indonesia yang mencapai 200 juta jiwa. Namun dari berapa nyawa yang harus melayang dari jumlah tersebut. "Dari total empat juta, 1,4 juta jiwa sebagai orang yang coba-coba dan perlu di selamatkan," tuturnya.
BNN meneken nota kesepahaman dengan UI sebagai bentuk kerja sama yang lebih luas dan melakukan diseminasi informasi di lingkungan kampus. Namun problem penyalahgunaan ini ada dalam keluarga. Keluarga berperan penting dalam mencegah penyalahgunaan narkoba.
Sebab, orang yang sudah menyalahgunakan narkoba akan rusak otaknya. Dia menjelaskan, siswa yang telah mengkonsumsi narkoba sejak sekolah dasar sudah dipastikan tidak lulus sekolah menengah atas. Jika menggunakan saat kuliah, yang bersangkutan harus cepat-cepat direhabilitasi. "Narkoba sangat merusak," katanya.
Lebih lanjut, dia berujar, narkoba yang datang di Indonesia dihargai selangit. Karena itu, Indonesia menjadi pangsa pasar yang besar untuk menyebar-luaskan narkoba. "Di negara pembuatnya, harganya murah. Datang ke Indonesia, sudah melambung," ucapnya.
Dia menuturkan saat ini harga ekstasi dijual 450 ribu per butir. Orang yang sudah kecanduan tenggak tiga pil sehari. Pada 1980-an, yang dikenal hanya ganja. Tapi, begitu memasuki 1990-an, beralih ke kimiawi. "Narkoba banyak yang masuk dari Malaysia dengan tujuan Indonesia," ujarnya.
IMAM HAMDI