TEMPO.CO , Washington DC: Seorang perwira angkatan laut Amerika Serikat mengatakan peluncuran rudal bawah laut kapal selam Korea Utara adalah palsu. Semua foto tentang peluncuran rudal bawah laut yang diunggah media resmi Korut pada 9 Mei lalu sebagai rekayasa.
"Mereka belum mempunyai video editor yang pintar dan memiliki kemampuan spinmeisters yang handal yang dapat membuat kita percaya," kata Winnefeld yang menjabat Wakil ketua Kepala Staf Gabungan.
Seperti yang dilansir Business Insider pada 20 Mei 2015, foto tersebut dianalisa oleh dua pakar kedirgantaraan Jerman, Markus Schiller dan Robert Schmucker dari Schmucker Technologie yang mendukung pernyataan Winnefeld.
Kedua pakar yang berbasis di Munich mengatakan foto-foto peluncuran itu sangat dimodifikasi, termasuk refleksi dari asap knalpot rudal di dalam air yang tidak sejalan dengan rudal .
Dalam analisis yang diunggah oleh para ahli di situs 38north.org dan armscontrolwonk.com menunjukan bahwa rudal itu kemungkinan diluncurkan dari sebuah tongkang yang dirancang khusus terendam dalam air, dan bukan dari sebuah kapal selam.
Bukti bahwa foto tersebut adalah hasil rekayasa yakni adanya perbedaan antara foto yang ditayangkan di televisi pemerintah yang menunjukkan rudal tinggi di langit meninggalkan jejak asap putih, sedangkan foto lain dari media pemerintah menunjukkan tidak ada asap putih. Menurut Schiller dan Schmucker hal tersebut menunjukkan dua foto rudal yang berbeda dengan sistem propulsi yang berbeda.
Korea Utara yang kerap mengancam untuk menghancurkan Amerika Serikat, memiliki catatan tentang rekayasa dan pemalsuan data untuk mengklaim kemajuan teknologi rudalnya. Sebagai contoh Schiller dan Schmucker mengatakan, seperti maket rudal yang dipajang di parade militer Korea Utara tahun 2012 dan 2013.
Korea Selatan, negara tetangga Korea Utara yang dimusuhi, tetap percaya bahwa foto tersebut adalah asli dan waspada pada ancaman Korea Utara . "Kami belum mengubah sikap kami bahwa roket itu ditembakkan dari kapal selam dan meluncur sekitar 150 meter dari dalam air," kata seorang pejabat militer Korea Selatan.
BUSINESS INSIDER|YON DEMA