TEMPO.CO, Jakarta -- Jopi Peranginangin, 39 tahun, korban penusukan di Kemang, Jakarta Selatan, sudah aktif sebagai aktivis sejak semasa kuliah. Di kampusnya dulu di Universitas Tadulako, Jopi dikenal sebagai pemikir kritis dan rajin protes.
"Dia menjadi salah satu di barisan pelopor kami," kata Koordinator Wilayah Persatuan Nasional Aktivis 98 Sulawesi Tengah Yahdi Basma dalam keterangannya, Sabtu, 23 Mei 2015. Dulu, kata Yahdi, Jopi selalu ada di barisan depan setiap ada aksi, terutama saat reformasi menuju 1998.
"Belasan kali aksi, mental dan kritik Jopi luar biasa," kata Yahdi. Kala itu Jopi yang masuk kuliah tahun 1995 bergabung dalam sebuah tim bernama Tim Camberu. Tim ini selalu maju terdepan dan siap chaos jika aksi.
Seusai reformasi, Yahdi menuturkan, Jopi terus aktif dan kritis. Dia bergabung dengan berbagai LSM di Palu dan Jakarta. "Dia pernah mengundang saya ke Sawit Watch dalam pembicaraan diseminasi perda sawit untuk Sulteng," ujarnya. Itu terjadi pada Februari 2015.
Yahdi kaget menerima informasi bahwa Jopi meninggal. "Tujuh tahun ini kami tak bertemu. Februari kemarin bertemu dan hari ini dia pergi," ujarnya.
Jopi meninggal sekitar pukul 06.00 WIB pagi ini di Rumah Sakit Pusat Pertamina. Sebelumnya, dia terkena tusukan oleh pelaku yang belum diketahui identitasnya saat berada di Venue Kemang, Jakarta Selatan. Jenazahnya akan menjalani otopsi di RS Polri Kramat Jati.
NINIS CHAIRUNNISA