TEMPO.CO, Depok - Mantan Kepala Polres Kota Depok Komisaris Besar Ahmad Subarkah menitip kematian Aksyesna menjadi PR besar yang harus diselesaikan Ajun Komisaris Besar Dwiyono, penggantinya. Kematian Akseyna, mahasisa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, di Danau Kenanga, UI, 26 Maret lalu, hingga kini belum terungkap.
"Akseyna harus segera diselesaikan. Kalau begal sudah tertangkap, kendati bukan dari polisi Depok yang menangkapnya," kata Ahmad seusai pisah sambut di Balai Kota Depok, Senin malam, 25 Mei 2015.
Depok menjadikan kasus ini sebagai prioritas utama untuk diungkap. Soalnya, hingga kini polisi belum bisa mengungkapkan kematian Akseyna tewas dibunuh atau bunuh diri.
Dwiyono mengatakan tewasnya Aksenya masih proses penyelidikan. Nanti akan diungkap. Dwiyono masih belum bisa berbicara banyak untuk proses penyelidikan polisi saat ini. "Masih melakukan penyidikan terus," kata dia.
Ditanya ihwal hasil analisis grafolog dari American Handwriting, Deborah Dewi, yang mengungkap ada dua orang yang menulis surat Akseyna, Dwiyono mengatakan akan menyelidiki kebenaran analisis itu. "Tulisan juga masih diselidiki," ucapnya.
Seperti diketahui, berdasarkan analisis Deborah, tulisan tangan yang ditemukan di kamar Akseyna ditulis oleh dua orang. "Tulisan pertama identik dengan tulisan almarhum, sementara ada bagian tulisan tangan dan tanda tangan yang dibuat orang lain," kata Deborah.
Temuan tersebut diperoleh Deborah setelah melakukan pembesaran mikroskopik 200 kali terhadap tulisan almarhum. Proses analisis dilakukan Deborah selama dua pekan. Deborah membandingkan tanda tangan Ace dalam surat wasiat dengan 39 tanda tangan asli yang terdapat dalam dokumen-dokumen pribadi.
Deborah menemukan beberapa hal yang janggal dalam surat wasiat Ace. Karena itu, ia curiga surat wasiat tersebut bukan ditulis Ace seorang. "Bagian yang dicoret dan direvisi berikut penambahannya serta tanda tangan yang ternyata berbeda setelah dianalisis dengan pembesaran mikroskopik," ujar Deborah.
IMAM HAMDI