TEMPO.CO , Surabaya:Tak hanya manusia, habitat perairan dan ikan-ikan yang hidup di dalamnya juga menjadi sasaran bahaya Lumpur Lapindo. Ikan-ikan mujair menjadi pingsan setelah ditempatkan di dalam air yang tercemar lumpur Lapindo. Tim peneliti dari jurusan Biologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya membeberkan sejumlah fakta perubahan ekosistem di sekitar semburan lumpur.
“Ada pergeseran kualitas biota di sana. Ke mana arah lumpur mengalir, di situlah biota yang terpapar,” kata Dian Saptarini, dosen Biologi ITS saat berdiskusi di kantor Tempo biro Surabaya, Selasa 26 Mei 2015.
Dian menjelaskan, meski tak bisa disebut beberapa spesies ikan mengalami kepunahan dan mengalami pergeseran komposisi. Saat lingkungan mulai membaik, aliran utama air akan terkayakan dengan jenis-jenis ikan yang lain.
”Dulu ada 19 spesies plankton. Tapi dengan berubahnya kualitas air, ikan spesies tertentu yang tadinya melimpah menjadi turun, lalu bergeser,” kata dia.
Peneliti biologi lainnya, Dewi Hidayati menambahkan, air yang tercemar lumpur Lapindo mengakibatkan kerusakan insang ikan. Ia melakukan percobaan menggunakan ikan mujair yang dimasukkan dalam keramba, lalu ditampakkan selama seminggu di tiga titik bagian hilir sekitar pembuangan lumpur.
“Hasilnya menunjukkan tingkat survival yang rendah, yaitu di bawah 32 persen. Sebagai pembanding, ikan mujair yang ditampakkan di area bebas, yakni hulu Sungai Porong sekitar 6 km dari kolam lumpur, tetap survive hingga 98 persen,” ucapnya.
Akhirnya, hanya ikan-ikan yang memiliki ketahanan terhadap air yang lebih pekat saja yang mampu berkembang biak lebih banyak. Contohnya ikan keting (mistus) dan wader.
Selain itu, berdasarkan analisis Indeks Kualitas Air, kualitas air di hilir Sungai Porong yang teraliri lumpur hanya sesuai untuk air kelas IV. “Terutama pada musim kering, airnya itu hanya cocok untuk pertanian, bukan diminum,” kata Dewi..
ARTIKA RACHMI FARMITA