TEMPO.CO, Depok - Kepala Polda Metro Jaya Irjen Unggung Cahyono mengatakan polisi masih belum bisa membongkar misteri kematian Akseyna, mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia yang ditemukan tewas di Danau Kenanga di area kampusnya pada Maret lalu. Namun ia telah meminta agar pengusutan kasus kematian Akseyna dipercepat.
Menurut Unggung, ia telah memanggil Kepala Polres Depok Ajun Komisaris Besar Dwiyono dan memintanya segera memastikan apakah Akseyna tewas dibunuh atau bunuh diri. "Kami atensi Kapolres yang baru telah membentuk tim. Polda juga akan membantu mengungkap kasus ini," ujarnya, Kamis, 28 Mei 2015.
Ayah Akseyna, Kolonel Sus Mardoto, yakin anaknya tewas dibunuh. Keyakinan itu berdasarkan analisis yang dilakukan keluarga serta info yang mereka kumpulkan. "Kami sekeluarga yakin Ace dibunuh, berdasarkan analisis," ucapnya. Namun, hingga dua bulan berlalu, kepolisian belum bisa memberikan kepastian apakah Akseyna tewas dibunuh atau bunuh diri.
Sebelumnya, grafolog dari American Handwriting, Deborah Dewi, mengungkapkan kejanggalan pada surat wasiat Akseyna. Berdasarkan analisis Deborah, tulisan tangan yang ditemukan di kamar Akseyna ditulis oleh dua orang. "Tulisan pertama identik dengan tulisan almarhum, sementara ada bagian tulisan tangan dan tanda tangan yang dibuat orang lain," katanya.
Menurut dia, temuan itu diperoleh setelah melakukan pembesaran mikroskopik 200 kali terhadap tulisan almarhum. Ia juga membandingkan tanda tangan dalam surat wasiat itu dengan 39 tanda tangan Akseyna yang terdapat dalam dokumen-dokumen pribadi.
IMAM HAMDI