TEMPO.CO, Jakarta - Panglima Komando Cadangan Strategis Letnan Jenderal Mulyono mengaku punya sejumlah rahasia mendidik penembak terbaik di TNI AD yang berhasil menjuarai lomba tembak di Australia beberapa hari lalu. Kontingen TNI AD berhasil memborong 30 dari 50 medali emas yang diperebutkan dalam perlombaan Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM).
"Salah satunya, anak-anak (14 prajurit TNI AD) harus belajar menyesuaikan suhu di Australia yang bisa mencapai 4 derajat Celcius," kata Mulyono kepada wartawan, Jumat, 29 Mei 2015.
Menurut jenderal bintang tiga itu, adaptasi suhu lokasi perlombaan sangat penting bagi keberhasilan tim TNI AD. Sebab iklim di Indonesia jelas berbeda dengan Australia. Bahkan suhu udara di lokasi latihan mereka di Markas Komando Divisi Infateri 1/ Kostrad di Cilodong, Depok, Jawa Barat, bisa mencapai lebih dari 30 derajat celcius.
Walhasil pelatih tembak sering membawa ke-14 tentara pilihan itu untuk latihan di tempat yang punya suhu dingin seperti di Pengalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, dan kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat. "Di kedua lokasi itu, suhunya mencapai 4 derajat Celcius, jadi hampir mirip dengan Australia," kata Mulyono.
Walau terkesan sepele, dia melanjutkan, persoalan suhu udara dingin mampu menjadi batu sandungan. Jika tidak terbiasa, konsentrasi prajurit akan pecah lantaran memikirkan suhu dingin. Ditambah lagi efek dingin yang membuat tangan gemetar akan mengganggu penampilan tim TNI AD.
"Selain itu di Pengalengan, anak-anak (14 prajurit TNI) belajar mengatasi angin kencang, karena Australia punya angin kencang," kata Mulyono.
Panglima Kostrad juga menceritakan latihan 'aneh' juga pernah dilakukan TNI AD dalam melatih penembak terbaiknya ketika mengikuti kejuaraan menembak ASEAN Armies Rifle Meet di Myanmar pada 2013 lalu. Ketika itu Indonesia menang dengan mengantongi 28 medali emas.
Pelatih tembak TNI AD ketika itu sengaja menciptakan kondisi Myanmar di Markas Kostrad Cilodong, lokasi latihan tim Indonesia. Di Indonesia, prajurit terbiasa menembak dengan latar pepohonan hijau. Sedangkan Myanmar mayoritas memiliki kontur tanah yang tandus dan kering.
"Walhasil kami perintahkan menutup pepohonan di Cilodong sampai terlihat gersang," kata Mulyono. "Cara ini kami lakukan agar prajurit tak kaget ketika menembak di Myanmar dan terbukti hasilnya juara pertama."
INDRA WIJAYA