TEMPO.CO, Jakarta – Sekitar 80 warga negara Indonesia yang ditampung di shelter Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Abu Dhabi, tidak menyia-nyiakan kesempatan pertemuan Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi dengan mencurahkan isi hati mereka, Jumat, 29 Mei 2015.
Berbagai kisah pilu disampaikan para buruh migran Indonesia (BMI) sejak dari proses penempatan mereka yang berujung dengan penderitaan. Di antara mereka terdapat seorang Sarjana Sastra Inggris asal Lombok yang diiming-imingi para calo TKI untuk bekerja di sektor formal, namun kenyataannya dipekerjakan di sebagai pembantu rumah tangga dengan gaji di bawah standar.
Sebagian besar masalah yang dihadapi oleh BMI tersebut adalah kasus gaji tidak dibayar mulai dari empat bulan hingga 2 tahun dan penelantaran oleh Pelaksana Penempatan TKI Swasta (PPTKIS).
“Hampir semua BMI mengaku mengalami perlakuan tidak layak oleh PPTKIS di Indonesia yang memberangkatkan mereka. Mereka berharap Pemerintah menindaktegas PPTKIS tersebut, tidak hanya dengan sanksi administratif tapi juga sanksi pidana,” kata Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal, yang turut mendampingi Menlu RI mengunjungi empat negara, Arab Saudi, Kuwait, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Keluhan serupa juga disampaikan BMI yang dikunjungi Menlu di shelter KJRI Jeddah dan KBRI Doha.
Pengiriman BMI sektor pembantu rumah tangga ke UEA telah dihentikan sepihak oleh KBRI Abu Dhabi jauh sebelum Menaker secara resmi mengumumkan moratorium ke 21 negara Timur Tengah pada awal Mei ini. Hal itu dilakukan karena tingginya kasus BMI yang disebabkan proses penempatan yang tidak benar oleh PPTKIS di Indonesia.
Baca Juga:
"Presiden sangat peduli dengan nasib BMI wanita yang selama ini paling rentan terhadap eksploitasi. Itu sebabnya Pemerintah memutuskan menghentikan pengiriman TKI PLRT wanita. Sebagai wanita saya tidak rela melihat dan mendengar kaum saya didzolimi oleh mereka yang melakukan penempatan secara tidak bertanggungjawab demi keuntungan mereka sendiri,” papar Menlu Retno sembari menguatkan hati para BMI tersebut.
“Saya dan teman-teman saya di Kemlu dan Perwakilan akan terus memperkuat upaya perlindungan bagi teman2 BMI saat di luar negeri. Kami akan terus bekerja dengan hati," ujar dia.
Segera setelah pertemuan dengan BMI Menlu Retno memberikan briefing kepada seluruh Tim KBRI Abu Dhabi untuk bekerja lebih keras guna mengupayakan hak-hak BMI, memberikan perlindungan yang dibutuhkan dan mempercelat proses pemulangan mereka.
Retno juga meminta agar semua staf melayani dengan hati dan melaporkan secara menyeluruh kasus-kasus yang terjadi, khususnya kasus yang terindikasi perdagangan manusia. Kemlu bersama POLRI akan mendorong proses penindakan terhadap para pelaku, baik individu maupun perusahaan, di Indonesia sehingga ada efek jera.
NATALIA SANTI