TEMPO.CO, Yogyakarta - Paguyuban Dukuh se-Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta, Janaloka, mendukung adik Sultan Hamengku Buwono X (kini berganti nama menjadi Sultan Hamengku Bawono X) dalam kisruh pergantian nama raja dan gelar Keraton Yogyakarta itu.
"Sebagai paguyuban dengan anggota terbanyak, kami putuskan mendukung penuh trah Hamengku Buwono IX kelak melanjutkan kepemimpinan dan mempertahankan paugeran," ujar Ketua Dewan Penasehat Peguyuban Dukuh Gunungkidul Sutiyono kepada Tempo, Minggu 31 Mei 2015.
Paguyuban dukuh pun mengakui keberadaan seluruh keturunan HB IX yang menyatakan diri sebagai Dewan Saudara. Dewan Saudara ini merupakan kumpulan para adik kandung atau tiri dari Raja Keraton Sri Sultan Hamengku Buwono X baik yang laki-laki atau perempuan dari istri pertama sampai keempat HB IX. "Kami berharap juga kelak keraton dalam proses suksesinya juga melibatkan unsur musyawarah dari dewan saudara itu, bukan lainnya," ujar Sutiyono.
Meski demikian, paguyuban ini tak akan terlibat lebih jauh dalam konflik internal Keraton Yogyakarta. Misalnya bertemu dengan rayi dalem (keluarga keraton) membahas konflik itu atau mengerahkan massa.
"Kami tak akan intervensi jauh secara politis, agar tak terjadi perpecahan lebih luas di masyarakat, cukup menyerahkan mandat kepercayaan pada dewan saudara keraton," ujar Sutiyono.
Sikap yang sama diambil Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Yogyakarta. Menurut salah satu pengurusnya, Jadul Maula, NU saat ini masih mencoba merespon kebingungan masyarakat tentang munculnya banyak pertanyaan ihwal dampak Sabda Raja. Terutama soal penghapusan gelar khalifatullah dan lainnya.
"Kami tak akan mencampuri urusan internal keraton dulu saat ini, karena masing-masing pihak masih sama kencang pada pendapatnya sendiri," ujar Jadul.
PRIBADI WICAKSONO