TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian mulai meragukan tesis bahwa Akseyna Ahad Dori, mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, tewas karena bunuh diri. Polisi telah menemukan sejumlah kejanggalan dalam kematian Ace–-panggilan Akseyna–-lewat beragam alat bukti dan analisis kronologi.
“Polisi kini menggunakan skenario korban tewas tak wajar karena sebab yang ditimbulkan orang lain,” ujar Direktur Kriminal Umum Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Khrisna Murti seusai gelar perkara ulang, Minggu, 31 Mei 2015.
Khrisna menegaskan, kesimpulan itu diambil berdasarkan bukti-bukti yang cukup kuat. Salah satunya hasil otopsi Rumah Sakit Polri Kramat Jati yang menemukan adanya luka lebam di bagian tubuh Ace. Polisi juga menduga Ace ditenggelamkan di Danau Kenanga UI oleh orang lain. “Dimasukkan oleh pihak lain,” ujarnya.
Gelar perkara ulang di Direktorat Kriminal Umum Polda Metro berlangsung selama 3,5 jam sejak pukul 09.15 WIB. Sedikitnya delapan polisi berpakaian sipil dari Kepolisian Resor Kota Depok membawa plastik bening besar yang berisi barang bukti. Tas yang diduga berisi bongkahan batu juga dibawa. Tas yang tampak berat itu digotong dua petugas.
Ace ditemukan tewas mengambang pada 28 Maret 2015. Saat ditemukan, Ace berpakaian lengkap dan menggendong tas ransel berisi batu. Batu itu diduga digunakan untuk menenggelamkan Ace. (Baca: Akseyna Ternyata Masih Hidup Saat Tenggelam di Danau UI)
Ayah Ace, Kolonel Sus Mardoto, mencurigai kematian anaknya tidak wajar dan mendapati banyak kejanggalan, misalnya ada bongkahan batu di dalam tas serta luka memar pada tubuh anaknya. Selain itu, menurut Mardoto, kalimat "Will not return for please don't search for existence, my apologies for everything eternally" yang ditemukan pada secarik kertas di kamar kos Ace di Kelurahan Kukusan, Beji, Depok, bukan tulisan anaknya. "Karena kalau bunuh diri tidak akan melakukan cara serumit itu," katanya kepada Tempo, Senin, 20 April 2015.
RAYMUNDUS RIKANG