TEMPO.CO, New York - Kemakmuran di Cina berimbas pada naiknya jumlah mahasiswa asal negara itu di Amerika Serikat. Menurut Institute of International Education, sebanyak 274.439 mahasiswa dari Cina kuliah di AS pada 2013-2014, naik 16 persen dari tahun sebelumnya. Mahasiswa Cina mewakili 31 persen dari seluruh mahasiswa internasional di negara ini dan memberikan kontribusi US$ 22 miliar pada ekonomi AS tahun 2014.
Dari jumlah itu, beberapa telah dipulangkan ke negara asalnya karena berbagai sebab. WholeRen, sebuah lembaga konsultan pendidikan di Pittsburgh, memperkirakan sebanyak 8.000 mahasiswa dari Cina telah diusir dari universitas dan perguruan tinggi di seluruh AS pada 2013-2014. Sebagian besar dari mereka, sekitar 80 persen, dikeluarkan karena melakukan kecurangan atau gagal dalam nilai akademis.
Mahasiswa Cina telah menjadi pasar yang besar di AS. Apalagi, kini kebanyakan dari mereka kuliah dengan dana pribadi. Hal ini membuat banyak universitas, misalnya Purdue University di Indiana, membebankan biaya tambahan untuk siswa internasional.
Di masa lalu, mahasiswa asal Cina di AS cenderung merupakan mahasiswa pascasarjana yang tinggal dengan dana yang terbatas. Sekarang, sejumlah besar dari mereka berasal dari keluarga kaya dan politikus. Putri Presiden Cina Xi Jinping juga dikabarkan kuliah di Harvard, tapi menggunakan nama samaran.
Kehadiran mahasiswa kaya asal Cina di universitas-universitas AS bahkan telah menarik perhatian dari merek-merek mewah untuk 'jualan' di kampus. Bergdorf Goodman, department store di New York City misalnya, mensponsori perayaan Imlek di New York University dan Columbia University, sementara Bloomingdales menyelenggarakan fashion show untuk mahasiswa Cina di pusat perbelanjaan mereka di Chicago.
Di Cina sendiri, permintaan untuk pendidikan luar negeri telah melahirkan industri rumahan yang membantu siswa mempersiapkan aplikasi mereka. Industri ini kurang diatur oleh pemerintah dan kerap melakukan penipuan. Menurut Zinch China, sebuah perusahaan konsultan pendidikan, 90 persen dari pelamar Cina mengirimkan rekomendasi palsu, 70 persen esai ditulis orang lain, 50 persen nilai mereka sengaja didongkrak, dan sebanyak 10 persen menuliskan daftar penghargaan akademik dan prestasi lainnya yang tak pernah mereka terima.
Akibatnya, banyak siswa tiba di Amerika Serikat dan menemukan bahwa bahasa Inggris mereka tidak cukup baik untuk mengikuti kuliah atau menulis makalah. Namun karena mereka membawa uang yang besar, banyak pula perguruan tinggi di AS yang menutup mata akan hal ini.
"Universitas Amerika telah kecanduan mahasiswa Cina," kata Parke Muth, konsultan pendidikan yang berbasis di Virginia dengan pengalaman yang luas di Cina. "Mereka dengan mudah diterima tanpa mengalami banyak kesulitan."
THE ATLANTIC | INDAH P.