TEMPO.CO, Makassar - Kepolisian Resor Kota Besar Makassar mewaspadai modus baru peredaran narkotik.
Wakil Kepala Satuan Reserse Narkoba Kepolisian Resor Kota Makassar Komisaris Fajrin mengatakan kini metode penyelundupan dan transaksi narkoba kian tak terduga. "Modusnya semakin bervariasi. Bandar narkoba itu lihai. Makanya kami mesti lebih waspada dan jeli," ucap Fajrin kepada Tempo, Minggu, 31 Mei 2015.
Dalam teori kriminalitas, menurut Fajrin, pelaku kejahatan memang selalu berada beberapa langkah di depan ketimbang aparat penegak hukum. Kendati demikian, teori itu tidak menjadikan polisi putus asa, apalagi menyerah.
Menurut Fajrin, jalur peredaran narkoba ke Makassar didominasi melalui jalur laut. Bandar memanfaatkan pelabuhan besar atau dermaga kecil.
Dua kasus besar terakhir adalah penyelundupan sabu seberat 1,1 kilogram melalui Pelabuhan Nusantara, Parepare, pertengahan Mei 2015. "Sebelumnya, penyelundupan 1 kilogram sabu dan sekitar 4.000 pil ekstasi melalui jalur tikus di Mamuju. Bandarnya pakai perahu nelayan," tuturnya.
Soal modus transaksi narkotik, Fajrin mengatakan lebih bervariasi lagi. Terakhir, petugas mengungkap modus transaksi sabu seberat 1,1 kilogram yang dibuang dalam tong sampah.
Sebelumnya, modus transaksi narkotik yang pernah diungkapnya di antaranya dengan disembunyikan di dalam roti, telur, minuman kemasan, dan paket laundry. "Juga ada yang booking kamar di hotel," ujarnya.
Disinggung perihal narkoba yang beredar di Makassar, Fajrin menduga barang haram itu berasal dari jaringan besar di dalam dan luar negeri. Kebanyakan barang itu dari Kalimantan, seperti Nunukan, Kalimantan Utara. Tapi ada pula yang dari Sumatera, khususnya Aceh.
Fajrin mengaku masih melacak asal narkoba itu, apakah dari jaringan Malaysia, Cina, Iran, atau Filipina. Dia menuturkan pengungkapan jaringan narkotik, khususnya yang melibatkan sindikat di dalam dan luar negeri, sulit dilakukan lantaran mata rantai peredarannya sangat tertutup.
TRI YARI KURNIAWAN