TEMPO.CO , Blitar : Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM), Yasonna Laoly mengklaim kinerjanya sudah bagus dan tak layak masuk daftar reshuffle kabinet. Namun demikian dia menyerahkan sepenuhnya keputusan itu kepada Presiden. “Kalau jelek kita nggak dapat penghargaan pelayanan publik,” katanya, Senin 1 Juni 2015.
Ditemui usai menghadiri peringatan hari lahir Pancasila di alun-alun Kota Blitar, Yasonna mengaku tak ambil pusing soal wacana reshuffle. Ia menyatakan akan terus melangkah dan bekerja meski isu seputar reshuffle terus membayanginya. Menurut dia tak ada alasan untuk khawatir jika memang sudah melaksanakan tugas dengan baik.
Yasonna diisukan merupakan salah satu menteri yang akan terkena reshuffle. Ia dianggap berkinerja buruk terkait munculnya konflik partai politik hingga penegakkan pemberantasan korupsi.
Namun Yasonna menilai, konflik Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan bukan persoalan besar. Ia hanya mengimbau kepada pihak yang bertikai agar melakukan konsolidasi menyelesaikan persoalan internal mereka.
DI tengah isu reshuffle, Menteri Yasonna justru menerima Piagam Inovasi Penghargaan Pelayanan Publik dua tahun berturut-turut dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Ia mendapatkan penghargaan setelah menerapkan program pendirian perseroan terbatas (PT) secara online. Pada 2014, Kemenkum HAM juga mendapatkan penghargaan setelah meluncurkan program pelayanan fidusia online.
HARI TRI WASONO