TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Kriminal Umum Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Heru Pranoto menyatakan enam anak yang dijadikan sebagai pekerja seks komersial di apartemen Kalibata City biasanya dijajakan melalui berbagai forum di Internet, seperti www.lendir.org, www.semprot.com, dan www.krucil.com. Tarif mereka mulai Rp 600 ribu sampai Rp 800 ribu selama dua jam. Polisi masih menelusuri “bos besar” jaringan tersebut. ”Pemilik situs forum itu juga masih kami cari,” kata Heru beberapa waktu lalu.
Praktek pelacuran terselubung itu sudah lama meresahkan penghuni Kalibata City, terutama yang bermukim di sana bersama keluarga. Umi Hanik, juru bicara Komunitas Warga Kalibata City, misalnya, mengaku sudah mendengar gosip seputar layanan seks berbayar sejak dia menghuni unit di tower Ebony pada 2011.
Semula Umi tak ambil pusing melihat perempuan muda berpakaian serba minimalis berkeliaran di apartemen itu. Namun, ketika gunjingan itu semakin gencar, dia kerap curiga bila ada perempuan berbusana mencolok mata. Padahal mereka belum tentu pekerja seks, seperti yang kerap digosipkan.
Di mata Dita, salah satu muncikari, penggerebekan jaringan pekerja seks terjadi karena kesalahan muncikari yang tak rapi beroperasi. Dita sendiri menjalankan bisnisnya dengan penuh kewaspadaan. Kalaupun suatu waktu dia tertangkap, “Itu namanya apes,” ujar Dita terkekeh, sembari menyulut sebatang rokok.
Dita bercerita, praktek prostitusi di Kalibata City sudah berjalan lama. Dia sendiri merintis “bisnis” itu sejak Kalibata City mulai berpenghuni pada 2010. Agar tak terendus polisi, Dita punya kiat khusus. Dia tak pernah menaruh para “bidadari” binaannya di apartemen itu. Dia hanya menjadikan Kalibata City sebagai tempat melayani pelanggan. ”Anak-anak gue enggak pernah keluyuran di sini,” ucapnya. ”Jadi orang enggak curiga.”
Dipajang...