TEMPO.CO, Banda Aceh - Para mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), pengurus Partai Aceh, serta unsur Komite Peralihan Aceh (KPA) menggelar zikir dan doa bersama untuk mengenang lima tahun meninggalnya deklarator GAM, Tgk Hasan di Tiro. Gelar doa yang dihadiri sekitar tiga ratusan orang itu dipusatkan di sebuah rumah di Desa Lamteumen Timur, Kota Banda Aceh, Rabu, 3 Juni 2015.
Wakil Gubernur Aceh Muzakir Manaf mengatakan peringatan tersebut untuk mengenang Hasan di Tiro, dengan segala perjuangannya untuk menyejahterakan masyarakat Aceh. Ada amanah perjuangan yang belum selesai menyangkut masalah butir-butir kesepakatan damai antara GAM dan Indonesia dalam nota kesepahaman (MoU) yang ditandatangani di Helsinki, Finlandia. “Ada butir-butir MoU yang belum direalisasi oleh pemerintah pusat,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana Tgk Adnan Beuransyah, dalam sambutannya, mengajak masyarakat Aceh memahami makna perjuangan Hasan di Tiro, yang ingin melihat Aceh maju dengan masyarakat yang makmur. “Perjuangan beliau untuk memajukan Aceh demi menyejahterakan dan memakmurkan rakyat.”
Peringatan tahun kelima mangkatnya Hasan di Tiro dihadiri sejumlah pejabat Aceh, seperti Asisten Sekretariat Daerah Aceh Dr Iskandar A. Gani, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Tgk Muharuddin, sejumlah anggota Dewan, serta para pengurus Partai Aceh dan KPA kabupaten/kota.
Zikir dan doa dipimpin Ketua Majelis Ulama Aceh Tgk Ali Basya, disertai dengan santunan anak yatim. Acara itu selesai menjelang salat zuhur.
Hasan di Tiro adalah deklarator GAM yang lahir di Pidie, 25 September 1925. Dia mendeklarasikan GAM pada 4 Desember 1976 kemudian memimpin perjuangan dari Swedia. Perjuangan berhenti dengan kesepakatan damai antara GAM dan pemerintah Indonesia pada 15 Agustus 2005 yang ditandai dengan penandatangan nota kesepahaman di Helsinki, Finlandia.
Hasan di Tiro kembali menetap di Aceh sejak Oktober 2008. Beliau meninggal di Rumah Sakit Umum dr Zainoel Abidin pada 3 Juni 2010.
ADI WARSIDI