TEMPO.CO, Jakarta - Hindia Belanda dikenal Hewel dengan baik karena ia berasal dari keluarga pedagang kopi di Hindia Belanda. Anton Hewel (bapaknya) dan Ilse Hewel (ibunya) adalah pedagang sukses di Jawa. Pada 1927, ketika berusia 23 tahun, Hewel pergi ke Hindia Belanda dengan menumpang kapal Belanda SS Rembrandt.
Di Hindia Belanda Hewel bekerja sebagai asisten administrator perkebunan milik Belanda “Neglasari“ di Garut, Jawa Barat. Pada 1931 ia menjadi salah satu inisiator berdirinya perwakilan Nazi di luar negeri atau NSDAP/Ausland Organisation. Ketuanya F.K. Traumann, administrator perkebunan ”Kedondong“ di Lampung. Hewel menjabat atase pers di tempat itu.(baca juga: Benarkah Hitler Sesungguhnya Hidup di Sumbawa?)
Sebelum berangkat ke Hindia Belanda, Hewel sudah dekat dengan Hitler. Mereka bertemu di penjara. Sejak mahasiswa, Hewel mengagumi Nazi dan berambisi menjadi anggota “Stroßtupp Hitler”. “Stroßtupp Hitler” adalah cikal bakal lahirnya SS (Schutzstaffel der NSDAP) atau pasukan khusus untuk melindungi Hitler. Pada umur 19 tahun Hewel dijebloskan ke penjara karena mengibar-ngibarkan bendera Nazi pada waktu Hitler melakukan aksi menggulingkan pemerintah Weimar pada 1923. Hewel didakwa sebagai pengkhianat negara dan dibui 3 bulan.
Tak lama setelah bebas, ia masuk bui lagi dan ditempatkan di tahanan Landsberg. Tapi di tahanan Landsberg ia malah bisa mengenal Hitler lebih dekat lantaran Hitler juga dikerangkeng di penjara yang sama.
Sel Hewel terletak persis di sebelah sel Hitler, dan ia diizinkan melayani Hitler di selnya. Hewel keluar dari penjara pada 30 Desember 1924 atau 10 hari setelah Hitler bebas.
Keakraban Hewel-Hitler itu, menurut Geerken, menjadi fondasi penting bagi peningkatan karier Hewel di hierarki Deutsches Reich. Pada 1937 Hewel bertugas membina NSDAP di negara-negara di Asia Timur, termasuk Hindia Belanda.
Di usia 35 tahun ia menjabat “Sturmbandführer” (kira-kira terjemahan bebasnya: kepala divisi masalah pelik/chaos) pasukan SS, dengan nomor anggota 283985. Empat tahun kemudian ia menjadi penasihat Hitler untuk urusan Asia Timur dan Tenggara.
Anggota Perwakilan Nazi Berkembang
Saat Hawel masih tinggal di Batavia, anggota NSDAP, perwakilan Nazi di luar negeri, cukup banyak. Pada 1933 jumlah anggota NSDAP Hindia Belanda mencapai sekitar 1.000 orang. Perlu diketahui, orang-orang Jerman banyak tinggal di Hindia Belanda sejak abad ke-17. Ribuan pemuda dengan bahasa ibu Jerman bekerja sebagai pelaut, tukang, peneliti, seniman, ilmuwan, atau pegawai pemerintah dan tentara VOC.
Boleh dibilang setengah dari jumlah pegawai VOC adalah “orang asing“: Polandia, Swiss, Austria, Jerman. Adapun Jerman menempati jumlah terbanyak. Pada abad ke-18, misalnya, 2.000 tentara bayaran dikirim bangsawan Jerman Carl Eugen von Württemberg untuk mendukung tentara VOC dengan harga 300 ribu gulden. Geerken menemukan data sebelum Perang Dunia II jumlah orang Jerman di Asia-Pasifik hampir 400 ribu orang. Dan populasi terbesar di Hindia Belanda.(baca juga:(Misteri Dua Tengkorak di Bangkai Kapal Selam Nazi)
Faktor itu pula barangkali yang membuat NSDAP Hindia Belanda menjadi NSDAP/AO kedua terbesar di kawasan Asia Pasifik yang mendanai semua kegiatan patriotik yang mendukung ideologi dan politiknya di Batavia. Salah satunya adalah menyokong koran berbahasa Jerman yang terbit di Batavia, Deutsche Wacht. Koran ini muncul dua minggu sekali dan tersebar sampai keluar Hindia Belanda. (baca juga: Ada Kuburan Tentara Hitler di Indonesia)
Koran ini didirikan pengusaha Emil Helfferich pada 1915. Helfferich dikenal sebagai pengusaha sukses. Ia memiliki perusahaan impor berbagai bahan mentah (karet, tambang, dan lain-lain) bernama Strait und Sunda Syndicate. Ia adalah pendiri kamar dagang Jerman di luar negeri. Dia juga pemilik perkebunan teh lebih dari 4.000 hektare di Cikopo, Puncak, Jawa Barat, yang sekarang milik PT Gunung Mas.
Walau bukan anggota NSDAP, Helfferich adalah seorang simpatisan Nazi sejati. Korannya selalu memuat berita patriotik mendukung gerakan Nazi. Di salah satu terbitannya, Helfferich, misalnya, menulis begini: “Kita melayani tanah air dengan cinta, darah, dan kesetiaan. Dan kita bangga melakukannya.”(baca juga: Sel Kamp Nazi dan Lubang Busuk )
Dengan Helfferich inilah Hewel banyak bertukar cerita tentang masalah Hindia Belanda sebagai bahan informasi untuk Hitler. Hampir 30 tahun menuai bisnis di Asia Tenggara (Penang, Singapura, dan Hindia Belanda), Helfferich kembali ke Jerman pada 1928 dan hidup bersama seorang pelukis bernama Dina, perempuan Indo Belanda asal Jawa. (Bersambung)
Tutty Baumeister, Doddy Hidayat (Majalah TEMPO, 11 Mei 2015)
Selanjutnya:
Kisah Hitler: Si Penggerak Nazi Tinggal di Gedung Juang (4)