TEMPO.CO, Jakarta – “Kecil-kecil cabai rawit”. Inilah ungkapan Menteri Perindustrian Saleh Husin untuk industri kecil dan menengah (IKM) di Tanah Air. IKM terbukti berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, bahkan turut menyeimbangkan neraca perdagangan Indonesia.
"IKM juga liat, gesit, dan tahan terhadap krisis. Apalagi IKM kerajinan, kreativitas pelakunya seperti tidak habis-habis karena bisa memadukan yang modern sekaligus memodifikasi motif berbasis budaya lokal," kata Saleh melalui siaran pers di Jakarta, Kamis, 4 Juni 2015.
Merujuk pada defisit neraca ekspor-impor hasil industri nonmigas pada Januari 2015, tercatat sebesar US$ 0,63 miliar dengan defisit turun 40,44 persen dibandingkan Januari tahun lalu yang sebesar US$ 1,06 miliar.
Saleh menuturkan upaya Kementerian Perindustrian memperkecil defisit salah satunya adalah memberdayakan IKM, yang merupakan bagian penting dalam perkembangan industri nasional. Sampai saat ini IKM menyumbang 34,56 persen pertumbuhan industri pengolahan nonmigas secara keseluruhan.
Angka ini dapat tercapai karena dukungan lebih-kurang 3,6 juta unit usaha, yang merupakan 90 persen dari total unit usaha industri nasional. Serapan tenaga kerjanya, yang mencapai 10,3 juta orang, berdampak pada meningkatnya ekonomi nasional serta mengurangi kemiskinan.
Kementerian mencatat, hingga 2013, jumlah IKM kerajinan jenis bordir dan sulaman sebanyak 23.194 unit usaha dengan tenaga kerja 80.380 orang, dengan nilai ekspor mencapai US$ 13,59 juta. Jumlah IKM kerajinan anyaman mencapai 933.389 unit usaha dengan tenaga kerja sebanyak 1,87 juta orang dan nilai ekspor hinggai US$ 59,48 juta.
IKM kerajinan kayu sebanyak 42.302 unit usaha dengan tenaga kerja 124.976 orang dan nilai ekspor mencapai US$ 120,04 juta. Adapun jumlah IKM gerabah dan keramik hias sebanyak 34.698 unit usaha dengan tenaga kerja 150.273 orang dan nilai ekspor mencapai US$ 38,11 juta. Sedangkan IKM batu mulia dan perhiasan tercatat 40.774 unit usaha yang menyerap tenaga kerja 114.628 orang dan nilai ekspor mencapai US$ 78,93 juta.
ANTARA