TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Pindad Silmy Karim mengungkapkan rencana pembongkaran senjata yang digunakan TNI AD dalam ajang Australian Army Skill at Arms Meeting 5-16 Mei lalu di Australia. Menurut Silmy, pembongkaran senjata oleh panitia agar TNI AD didiskualifikasi.
"Kami dari awal sudah cukup menang telak. Kemudian ada komplain dari kontingen lain ke panitia," ujar Silmy saat berkunjung ke kantor redaksi Tempo di Jakarta, Rabu, 3 Juni 2015.
Dalam turnamen yang diikuti 16 negara tersebut, TNI AD berhasil meraup 30 medali emas, 15 perak, dan 20 perunggu. Sementara sang tuan rumah Australia di urutan kedua dengan 4 medali emas, 7 medali perak, dan 5 medali perunggu. Marinir Amerika Serikat juga menyabet 4 medali emas. Kemenangan spektakuler ini membuat sejumlah kontingen melakukan protes.
Silmy mengatakan panitia meminta izin untuk membongkar senjata SS2 V4 dan pistol G2 yang dipakai tim TNI. Namun, menurut dia, TNI AD menolaknya. "Kalau dibongkar, kami juga ingin yang lainnya juga dibongkar. Jangan cuma kami saja," kata dia.
Menurut Silmy, panitia menduga adanya modifikasi di SS2 V4 dan G2. Padahal, katanya, spesifikasi keduanya sama dengan senjata-senjata yang digunakan di ajang tersebut. "Kalau modifikasi bisa memperbaiki kinerja, ya, kami bikin varian baru. Ini memang sudah yang terbaik," ujarnya.
Kemenangan TNI di ajang tersebut, kata Silmya, rahasianya memang pada kualitas penembak, senjata, dan peluru. "Semuanya dari Indonesia. Cuma lapangan saja yang made in Australia," kata dia. "Kami akhirnya juara umum."
SINGGIH SOARES