TEMPO.CO , Jakarta: Pangkalan udara tak selalu bising oleh suara mesin pesawat dan tak selalu dipenuhi dengan aktivitas penerbangan. Suasana alam layaknya di pedesaan pun bisa dilihat di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Deretan tanaman sayur seperti bayam, kacang kedelai edamame, kangkung, caisim, dan pakcoy membentang di lahan seluas 6 hektare. Di sebelah kebun sayur tersebut terdapat peternakan sapi perah dan kolam buatan yang digunakan untuk memelihara lele.
Menurut Komandan Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma Marsekal Pertama Sri Pulung Dwatmatsu, gagasan untuk mengoptimalkan lahan tidur di pangkalan udara tercetus saat terjadi kerusuhan pada 1998.
Saat kerusuhan terjadi, kata dia, kebutuhan logistik di Jakarta terputus, sehingga truk pengangkut logistik sulit masuk Ibu Kota. Padahal, saat itu, ia mengatakan, anggota TNI harus bekerja 24 jam untuk mengamankan situasi. Dari situlah ayah beranak tiga ini berpendapat bahwa pangkalan udara harus mampu memenuhi kebutuhan logistik penghuninya.
Sri Pulung, yang tak memiliki dasar ilmu pertanian sama sekali, lantas mengujicobakan gagasannya tersebut saat bertugas di Pangkalan Udara Husein Sastranegara, Bandung pada tahun 2012. Untuk mewujudkan gagasannya tersebut, anak kedua dari enam bersaudara ini meluangkan waktunya untuk belajar pertanian dan perkebunan melalui Internet. “Namanya keinginan harus diperjuangkan,” tuturnya kepada Tempo di Halim Perdanakusuma, Kamis, 28 Mei 2015.
Saat bertugas di Bandung, kata Sri Pulung, dia mencoba untuk menanam buah dan sayur seperti pepaya; brokoli; tomat sayur; romen; pagoda dan pakcoy. Tak hanya itu, lulusan Akademi Angkatan Udara TNI tahun 1988 ini pun menggagas kegiatan kerja bakti di pangkalan udara sebanyak dua bulan sekali.
Pada tahun 2013, melalui surat Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/305/IV/2013, Sri Pulung kemudian ditunjuk sebagai Komandan Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Sukses mengubah lahan tidur di tempat sebelumnya, Husein Sastranegara, suami dari Dine Sekarningrum Sastranegara ini pun ingin menerapkan hal yang sama di Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma.
Sri Pulung lantas berupaya untuk membuat kebun sayuran di lahan seluas 6 hektare. Untuk memudahkan pengelolaan dan pemasaran sayur-sayuran organik dan hidroponik tersebut. Ayah beranak tiga ini menggandeng sebuah perusahaan swasta untuk menjadi konsultan.
Menurut seorang konsultan pertanian, Yaya Sunarya, setiap hari sekitar 5 kwintal sayur-sayuran dari Bandara Husein Sastranegara dan Halim Perdana Kusuma dipasarkan di Jakarta. Sayur organik dan hidroponik itu dijual di beberapa supermarket seperti, Market City, Duta Palem, Total Palem, JFM Pluit, Ami Fresh, dan Apple Shop. “Bahkan setiap Sabtu dari pukul 07.00-11.00 WIB kami menyelenggarakan fresh market untuk warga pangkalan udara dan sekitarnya,” tuturnya.
Saat ini, kata Yaya, pupuk kompos produksi Tempat Pembuangan Sampah Terpadu milik Halim Perdanakusuma juga mampu memasarkan pupuknya hingga Bogor dan Cianjur. Dalam sehari, TPST, yang memiliki luas 2.500 meter persegi, mampu mengolah sampah dari lingkungan pangkalan udara hingga 20 ton.
Yaya menjelaskan, kendala dalam pengembangan sayuran dan peternakan sapi perah di Halim Perdanakusuma ialah suhu. Menurut dia, suhu di Jakarta membuat sayuran dan sapi perah sulit dikembangkan. Kendala lainnya, kata dia, ialah sulitnya mencari tenaga kerja. “Banyak pekerja kami yang kaget karena saat kami ajak ke Jakarta ternyata pekerjaannya tak jauh dari mencangkul,” tuturnya.
Namun, Sri Pulung menyanggah anggapan Yaya. Menurut dia, saat mengembangkan lahan tidur menjadi lahan produktif di Halim, yang ia lihat hanyalah peluang. “Justru dengan adanya perkebunan dan peternakan ini mampu menyerap tenaga kerja. Jadi lihat dari sisi positifnya,” tuturnya.
Pria kelahiran Jakarta tahun 1965 ini menuturkan, pangkalan udara tak selalu berfungsi sebagai pangkalan pesawat tempur. Pada saat damai, kata dia, pangkalan udara juga bisa berfungsi untuk mengembalikan nilai-nilai bangsa, seperti kekeluargaan dan gotong royong. "Saya khawatir, pada era modern saat ini, keluarga menjadi tak utuh karena kurangnya interaksi," tuturnya.
GANGSAR PARIKESIT