TEMPO.CO, Yogyakarta - Pembukaan bursa seni rupa terbesar di Indonesia Art Jog berlangsung di Taman Budaya Yogyakarta, Sabtu malam, 6 Juni 2015. Tak satu pun pejabat Pemerintahan Kota Yogyakarta maupun Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta hadir dalam pembukaan pameran seni rupa yang berlangsung hingga 28 Juni 2015 itu.
Co-curator Art Jog, Ignatia Nilu, mengatakan panitia telah melayangkan undangan pada pejabat pemerintahan daerah di Yogyakarta. “Tapi saya tak melihat mereka hadir,” katanya di sela pembukaan.
Padahal, dalam pidato sambutan pembukaan, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia Triawan Munaf memuji even itu. Menurut dia, bukan perkara mudah menggelar kegiatan berskala internasional secara rutin tiap tahun semacam ini. “Ini adalah upaya swadaya komunitas pelaku (seni rupa),” ujarnya.
Menurut Triawan, saat ini gagasan telah menjadi kekuatan daya saing utama di dunia. Ekonomi kreatif merupakan pemimpin dalam persaingan itu. Dan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia mencatat banyak subsektor ekonomi kreatif yang kini berhasil menempatkan Indonesia dalam posisi penting di dunia. “Salah satunya adalah seni rupa,” ujarnya.
Kurator Art Jog, Bambang “Toko” Witjaksono, mengatakan setiap tahun pihaknya mengirimkan undangan pada pejabat pemerintahan daerah di Yogyakarta. Termasuk, Gubernur DIY Sultan Hamengku Bawono X. “Tapi tidak pernah hadir,” katanya.
Art Jog tahun ini merupakan yang kedelapan kalinya digelar. Saban tahun, jumlah pengunjung selalu membludak. Antusiasme seniman untuk menjadi peserta pun tinggi. Panitia mencatat ada 850 seniman dengan 1.300 karya yang masuk ke meja pendaftaran. Namun, hanya 35 orang pengirim aplikasi yang karyanya dipajang dalam pameran.
Seniman peserta Art Jog ke-8 tahun ini mencapai 86 orang dengan seratusan karya yang dipamerkan. Selain berasal dari pendaftar, sebagian mereka merupakan seniman yang sengaja diundang panitia untuk memamerkan karyanya. “Kami fokus pada karya dengan media baru,” katanya. Pemilihan karya itu, lanjut dia, sesuai dengan tema Art Jog, Infinity in Flux: The Unending Loop That Bonds the Artist and the Audience.
Direktur Art Jog Satriagama Rakantaseta mengatakan Art Jog mulai mendapat tempat di tengah masyarakat. Tak hanya para pelaku seni, tapi masyarakat secara umum. Ia berharap, even ini tak sekadar menjadi ajang bagi transaksi karya seni saja. Namun juga mampu menggerakkan sektor ekonomi lainnya.
Pemerhati seni rupa di Yogyakarta, Suwarno Wisetrotomo, mengatakan kagum atas bursa seni rupa ini. “Ini even yang luar biasa,” kata pengajar di Institut Seni Indonesia Yogyakarta itu. Sayangnya, ia prihatin, perhatian pemerintah daerah masih sangat minim. “Ke mana negara?”
Semestinya, kata dia, even semacam ini bisa mendapat dukungan dan perhatian yang lebih baik dari pemerintah. Misalnya dalam bentuk pengelolaan dan promosi. “Karena warganya sudah superkreatif,” katanya. Dukungan itu pun tak selalu dalam bentuk dana. “Cukup hadir di sini,” katanya.
ANANG ZAKARIA