TEMPO.CO, Jakarta -Mansyur Ashwat, 43 tahun, hampir melewati ritual mencukurnya: mengoleskan krim cukur di wajah dan leher tamunya dengan kuas dan menghapus krim itu dengan pisau. Kemudian, ia membungkus leher sang tamu dengan handuk panas sebelum memijitnya.
"Selesai, Kang," kata dia kepada tamunya. Siang itu, Pangkas Rambut Tiara di Jalan Hankam Raya, Bekasi, tempat Mansyur bekerja, jadi tempat tersibuk. Orang-orang antre untuk memotong rambutnya.
Tiara tak terlalu luas. Ukurannya 3 x 4 meter. Dindingnya dicat putih dengan tiga cermin besar dan tiga kursi yang menghadap dinding. Di dinding atas kaca tergantung foto Susilo Bambang Yudhoyono--kerap dipanggil dengan sebutan SBY--sedang dicukur oleh Agus Wahidin, sang pemilik pangkas rambut.
"Itu pertama kali saya cukur Pak SBY, tahun 2003 ketika masih menjabat Menko Polhukam," kata Agus ketika ditemui di tempat usahanya itu, Senin lalu. Selepas menjadi Menteri Koordinator Bidang Politik, Yudhoyono terpilih menjadi presiden keenam Indonesia dan berkuasa sejak Oktober 2004 hingga Oktober 2014.
Agus mengoperasikan usahanya di tempat itu tiga tahun lalu. Ia mengubah sebuah warung makan menjadi tempat pangkas rambut, yang memiliki area tunggu berupa sofa empuk, penyejuk udara, dan televisi. "Ketika pelanggan datang, saya harap dia merasa di dalam rumahnya sendiri," katanya. Agus memiliki tiga anak buah, termasuk Mansyur yang merupakan sepupunya.
Pria berusia 47 tahun ini juga merupakan pencukur di barbershop Paxi Plaza Senayan, Jakarta. Ia telah menjalankan profesinya selama hampir setengah abad, dan merupakan salah satu dari gelombang tukang cukur asal Garut yang "naik kelas" untuk menangani konsumen di barbershop yang berani bayar lebih mahal ketimbang di pangkas rambut.
Barbershop memang menjelma menjadi bisnis menggiurkan di kota-kota besar Indonesia. Menjamurnya mereka juga didorong tren rambut bergaya rapi nan kelimis ala Elvis Presley alias pompadour: bagian pinggir dipangkas tipis, lalu bagian atas disisir ke belakang dan dibuat mengkilap dengan minyak rambut jenis pomade.
Saat ini gaya gondrong atau rambut poni lempar ala emo, yang sempat mewabah, sudah berubah. Nah, menurut Iman Sudirman, 40 tahun, pencukur Paxi Plaza Senayan, untuk bisa membuat bagian pinggir kepala cepak kayak anggota ABRI tapi bagian atas rapi kayak menteri lebih bisa dilakukan di barbershop. "Bukan salon uniseks yang sering menangani rambut panjang," kata Iman. (Bersambung)
HERU TRIYONO
Selanjutnya:
Kisah Ahli Cukur: Omzet Bisa Mencapai Rp 50 Juta (3)
Kisah Ahli Cukur: Jaring Pelanggan Lewat Media Sosial (4)
Sebelumnya:
Kisah Ahli Cukur:Desa Ini 95 % Pencukur, Ada Favorit SBY (1)