TEMPO.CO, Jakarta - Penghuni Rumah Susun Tambora yang menempati unit baru mengeluhkan kualitas air yang buruk. Akibatnya, pengeluaran warga penghuni rumah susun membengkak.
"Biasanya nggak beli air jadi harus beli air buat masak," kata Nando, warga Tower C, RT 15, RW 11, Minggu 7 Juni 2015. Pria berusia 38 tahun ini mengatakan sebelum rusun direnovasi, tak ada masalah dengan air. Sebelumnya ia tak pernah membeli air untuk kebutuhan masak dan cuci piring karena kualitas air yang baik.
Setelah direnovasi, kata Nando, air justru menjadi sangat keruh. "Tidak berbau, tidak berasa juga, cuma warnanya coklat sekali," kata dia. Oleh sebab itu, setiap seminggu sekali ia mesti membeli tiga galon air isi ulang seharga Rp 7 ribu per galon khusus untuk masak. "Kalau untuk minum beda lagi isi ulangnya, lebih mahal," kata dia.
Adapun Rusun Tambora terletak di Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Rusun yang diresmikan 24 Februari 2015 setelah renovasi pada November 2013 ini memiliki 16 lantai. Rusun ini memiliki empat tower dengan jumlah 548 pintu.
Salah satu penghuni, Noviyanti, 31 tahun, juga mengeluhkan soal kualitas air yang memburuk. "Airnya kalau ditampung di ember akan kelihatan bekasnya yang menempel di ember," kata dia. Bahkan, ia tak berani memakai air tersebut untuk mencuci pakaian berwarna putih. Alasannya, warna kuning akan melekat di pakaian dan membuat pakaian terkesan jorok.
Setiap seminggu sekali, Noviyanti membeli enam galon untuk keperluan masak dan minum. "Biasanya tiga galon untuk minum harganya Rp 17 ribu per galon. Kalau untuk masak, beli tiga galon air isi ulang seharga Rp 7 ribu," kata penghuni Tower B, RT 03/11, Lantai 9 ini.
DINI PRAMITA