TEMPO.CO, Bandung - Wakil Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Front Pembela Islam Bandung Raya Nawawi mengaku enggan bekerja sama dengan kepolisian dalam menyisir lokasi prostitusi, dan pabrik minuman keras di Kota Bandung. Menurut dia, jika mengajak polisi, informasi penggerebekan akan ‘bocor’ ke telinga pelaku.
“Kami enggak mau dengan intelejen polisi, karena pelaku keburu kabur setelah dapat informasi dari polisi,” ujar dia, saat ditemui Tempo, di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukencana, Bandung, Kamis, 11 Juni 2015. Dia mengatakan, bocornya informasi penggerebekan karena mengajak aparat yang resmi sudah terjadi berulang kali.
Dia bercerita, FPI pernah melaporkan adanya gudang minuman keras di Bandung, dan mengajak kepolisian untuk melakukan penggerebekan. Namun, FPI meminta polisi mengumpulkan ponsel anggotanya untuk meminimalisasi kebocoran informasi. “Akhirnya kami berhasil menangkap pelakunya. Dari kejadian itu kami menyimpulkan ada oknum dalam anggota kepolisian,” kata Nawawi.
Sebelumnya, ratusan anggota Front Pembela Islam sejak pukul 13.00 WIB, menggeruduk kantor Pemerintahan Kota Bandung, Jalan Wastukencana, Bandung, Kamis, 11 Juni 2015. Mereka meminta Pemerintah Kota Bandung memperketat operasi tempat hiburan malam untuk menyambut Ramadan.
Tak hanya itu, mereka pun menyisir lokasi prostitusi Saritem yang kerap menjadi tujuan pria hidung belang. Menurut mereka, meski sudah dilakukan razia, Saritem hingga saat ini masih beroperasi seperti biasa. “Bandung itu sudah terkenal dengan prostitusi Saritem. Kami menyayangkan itu belum ditertibkan, padahal Pemkot Bandung terlihat fokus membenahi perilaku masyarakat Bandung,” kata dia.
FPI diwakili beberapa anggotanya menemui langsung Wakil Wali Kota Bandung Oded M. Danial. Di ruang rapat Pemerintah Kota Bandung, FPI bersama Polisi Sektor Sumur, Bandung, dan jajaran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandung menyampaikan aspirasinya mengenai persiapan razia menyambut bulan puasa.
PERSIANA GALIH