TEMPO.CO, Tel Abiad - Ribuan warga Tel Abiad, Suriah, berusaha mengungsi ke Turki karena khawatir peperangan akan meletus setelah tentara Kurdi terus merangsek ke wilayah yang dikuasai kelompok militan Negara Islam (ISIS). Namun pemerintah Turki telah menutup akses di perbatasan. Akibatnya, ribuan pengungsi menumpuk di gerbang perbatasan Akcakale, Provinsi Sanliurfa, Sabtu, 13 Juni 2015.
“Menjelang malam, sekelompok anggota ISIS, terdiri atas delapan-sembilan orang bersenjatakan senapan serbu, tiba dari Tel Abiad, kota di seberang gerbang Akcakale, dan memerintahkan para pengungsi kembali ke rumah mereka,” demikian laporan media Turki, BGN, kemarin. Ribuan pengungsi, termasuk perempuan dan anak-anak, pun patuh. Namun, 15 menit kemudian, mereka kembali ke gerbang perbatasan Akcakale.
Menurut BGN, pemerintah Turki telah menerima sekitar 13 ribu pengungsi. Pada Jumat lalu, Deputi Perdana Menteri Turki Numan Kurtulmus mengumumkan bahwa Turki akan menutup gerbang perbatasan Akcakale dengan alasan tidak ada lagi tragedi kemanusiaan.
Hingga Sabtu lalu, Tentara Perlindungan Kurdi (YPG) mengumumkan telah mulai mendekati Tel Abiad. Kota ini penting bagi ISIS karena merupakan wilayah terdekat menuju Kota Raqqa, yang secara de facto adalah ibu kota ISIS. Kota itu juga merupakan koridor penting untuk menyelinap bagi pejuang asing dan menyelundupkan minyak ke pasar gelap.
Aktivis Kurdi yang mengunjungi garis depan setiap hari mengatakan, di wilayah barat daya itu, pengungsi asal Kurdi dan Arab bercampur-aduk dan berusaha mencari tempat pengungsian yang paling aman. "Tel Abiad hampir sepenuhnya terkepung," kata Arin Shekhmos, aktivis Kurdi.
Direktur Syrian Observatory for Human Rights, Rami Abdel Rahman, seperti dilaporkan Telegraph, mengatakan tentara Kurdi telah menduduki Kota Suluk, sehingga ISIS tidak bisa masuk ke Tel Abiad dari arah timur. "ISIS telah mundur sepenuhnya dari Suluk. Tentara Kurdi telah menyisir dan membersihkan kota itu dari ranjau," kata Rahman.
BGN | TELEGRAPH | NATALIA SANTI