TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pembina pasukan pengibar bendera (paskibra) di sebuah sekolah dasar negeri di Cengkareng Timur dilaporkan ke Polda Metro Jaya. IW, 30 tahun, dilaporkan karena mencabuli siswa yang ia latih. "Menurut pengakuan dua anak saya, mereka kerap 'digituin' pas Maret-April," kata Kepala Sekolah Sri Suningsih kepada Tempo, Selasa, 16 Juni 2015.
Ia menuturkan keresahannya saat mendapat laporan IW sering 'pegang-pegang' dengan dalih periksa kesehatan. Ia langsung mengumpulkan anak didiknya yang mengikuti ekstrakurikuler paskibra dan bertanya, "Siapa yang pernah diperiksa kesehatan?" Saat itu, kata Sri, ia merasa lega sebab tak ada satu pun yang mengaku.
Ia langsung berpesan, "Kalau ada apa-apa, ada masalah bilang saja sama emak." Ia mengatakan sengaja membiasakan anak didiknya memanggil emak agar akrab. Selasa beberapa pekan lalu, ia kedatangan dua anak didiknya, A dan N, yang ikut paskibra dan duduk di kelas lima. Seperti tersambar petir di siang bolong, kedua siswanya yang berusia 10 dan 11 tahun tersebut mengaku pernah 'diperiksa kesehatan' oleh IW.
IW dilaporkan kerap berdalih periksa kesehatan untuk melakukan aksinya. Ia akan memanggil anak-anak didiknya lalu berkata akan diperiksa kesehatannya. Ia lantas membuka baju anak-anak tersebut dan mencabuli mereka. Perbuatan ini dilakukan saat ia melatih anak-anak itu.
IW mendapat jatah mengajar sekali dalam sepekan, jadwal mengajarnya setiap Jumat sore pukul 16.00. Ia diberi honor Rp 500 ribu per bulan. Sri menuturkan IW tak hanya mengasuh ekstrakurikuler paskibra di tempatnya saja.
Sambil menahan air mata, Sri menuturkan sangat marah dan kecewa dengan perlakuan IW. "Saya percaya dengan dia, tapi ternyata anak saya diperlakukan seperti ini, saya malu," kata dia. Sebab, di mata Sri, IW sangat sopan dan dapat dipercaya. Ia berharap IW dapat dihukum setimpal.
Untuk anak-anak murid yang menjadi korban, kata Sri, akan ada pendampingan dari sekolah. Ia menuturkan sekolah sudah berkoordinasi dengan orang tua murid. Ia tak ingin prestasi anak didiknya turun dan memikul trauma yang mendalam.
DINI PRAMITA