TEMPO.CO, Yogyakarta - Kedua orang tua Akseyna Ahad Dori sebenarnya sudah menyiapkan kado buat mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, itu. Namun pemberian kado itu pupus karena Akseyna ditemukan tewas di Danau Kenanga UI pada Kamis, 26 Maret 2015.
Ayah dan ibu Akseyna, Karimatul Ummah dan Kolonel Sus Mardoto sejatinya ingin menemui Akseyna pada 3 atau 4 April 2015 di rumah kos di Depok. Karimatul yang juga dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, ini berencana membelikan sepeda untuk anak kedua dari empat bersaudara itu.
Akseyna memang suka naik sepeda sejak masih duduk di bangku sekolah menengah atas. “Dulu pernah saya guyoni, saya suruh bawa sepeda motor saja. Dia tidak mau karena tidak punya surat izin mengemudi (SIM). Dia memilih untuk naik sepeda saja,” kata Mardoto dalam wawancara dengan Tempo pada Rabu, 10 Juni 2015.
Rencana Karimatul dan Mardoto untuk datang ke Depok disampaikan kepada Akseyna melalui pesan singkat pada Minggu, 29 Maret 2015. Pesan tersebut tak bisa masuk ke ponsel dan baru terkirim pada Minggu malam. Setelah mengetahui pesan telah terkirim, Karimatul langsung menelepon Akseyna.
Namun di ujung telepon bukan Akseyna yang menjawab. Seseorang yang mengaku teman Akseyna berujar sedang menginap di kamar kos milik Akseyna. “Dia mengatakan Akseyna sedang tidak di kamarnya,” kata Mardoto.
Kado itu tak pernah diterima Akseyna. Tiga hari sebelum Karimatul memberi tahu hendak berkunjung, jasad Akseyna ditemukan mengambang di Danau Kenanga Universitas Indonesia pada Kamis, 26 Maret 2015.
MUHAMMAD RIFQY FADIL (YOGYAKARTA)