TEMPO.CO, Jakarta -Praktek pengaturan skor pertandingan di Liga Indonesia diduga melibatkan warga Malaysia. “Kalau tidak salah dia juga pernah bermain di timnas Malaysia. Dia yang merusak sepak bola Indonesia,” kata mantan pelatih tim Divisi Utama, Gunawan, di hadapan wartawan di Jakarta, 17 Juni 2015.
Gunawan hadir dalam jumpa pers itu bersama mantan pelatih lainnya, Agus Yuwono, didampingi tim advokasi dari berbagai lembaga swadaya masyarakat. Sehari sebelumnya, tim advokasi itu juga menyertai BS saat melaporkan dugaan pengaturan skor di Liga Indonesia periode 2000-2015 ke Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia.
Gunawan, yang menjadi pelatih tim Persipur Purwodadi pada 2013, mengaku ikut menerima suap dan terlibat dalam pengaturan skor sembilan pertandingan di Divisi Utama. “Setiap pertandingan, kami mendapatkan Rp 400 juta,” kata dia. “Dia (penyuap) memberikan separuh sebelum pertandingan. Sisanya diberikan setelah pertandingan selesai. Dia membayar dengan uang tunai.”
Menurut Gunawan, bukan hanya dia yang terlibat dalam pengaturan itu. “Semua pemain juga ikut terlibat,” kata dia. “Satu orang pemain mendapatkan Rp 10-15 juta.”
Pria yang kini tak lagi aktif di sepak bola ini mengatakan, sepekan sebelum pertandingan, pria asal Malaysia itu akan datang menemui manajemen tim. “Dia datang bersama orang yang membawa uang,” kata Gunawan lagi. Pengaturan skor yang dilakukan pun mencakup di menit-menit mana sebuah gol akan terjadi. Pada saat pertandingan, kata Gunawan, pria itu juga selalu hadir.
Modus yang diceritakan Gunawan mirip dengan yang dialami Agus Yuwono. Ia mengaku, selama berkarier sebagai pelatih, sempat tiga kali didekati penyuap, tapi selalu menolak. Pada 2012, saat menangani Persidafon Dafonsoro (Jayapura), ia ditawari Rp 150 juta agar timnya mengalah 3-0 atau 3-1 saat melawan Persiwa Wamena.
Saat menangani Persegres Gresik di Liga Super Indonesia musim 2014, ia dua kali didekati orang asing dan ditawari Rp 200 juta agar timnya mau meraih hasil seri, yakni saat melawan Persik Kediri dan Barito Putera. Ia menolak, tapi kedua pertandingan itu tetap berakhir seri. Dalam pertandingan itu ia pun melihat keanehan-keanehan. “Misalnya, seorang bek yang seharusnya mengoper kepada temannya, malah memberikan bola ke lawan. Tapi saya tidak bisa menuduh pemain itu karena saya tidak memiliki bukti."
Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi mengatakan pemerintah belum terpikir untuk membubarkan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia—yang kini sudah dibekukan--dan membentuk federasi baru. Soal kasus mafia skor, ia hanya berkata singkat. "Kita dorong Kapolri membongkarnya."
TIKA PRIMANDARI | RINA WIDIASTUTI | GADI MAKITAN