TEMPO.CO, Yogyakarta - Para perajin batik di Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta resah. Sebab, motif batik asli Sleman justru banyak diproduksi di luar daerah. Hingga kini ada tujuh motif batik belum dipatenkan dan belum ada peraturan bupati yang menaunginya. "Sudah tiga tahun, tujuh motif batik asli Sleman diresmikan. Tetapi justru perajin dari luar daerah, seperti Bantul hingga Solo yang menikmati," kata Tanti Syarif, Ketua Asosiasi Pembatik Sleman, di kompleks kantor bupati, Senin, 22 Juni 2015.
Ironisnya, kata dia, peraturan bupati yang diharapkan bisa melindungi para perajin batik belum muncul. Bahkan, banyak pemesan dari Sleman meminta perajin dari luar DIY menggarap batik bermotif asli Sleman.
Motif batik asli Sleman, di antaranya motif sinom parijotho, salakan, semarak salak, motif gajah kombinasi parang, motif belut dan salak, motif salak pondoh, dan lain-lain. Sayangnya, tidak ada naungan hukum yang melindungi motif itu.
Dia menambahkan, di Sleman banyak perajin batik rumahan. Sudah ada yang dibina instansi pemerintah, sedikitnya 12 kelompok perajin. Setiap kelompok rata-rata beranggotakan 20 orang pembatik. "Para perajin sendiri yang membuat motif itu dan dilombakan tiga tahun lalu. Setelah terpilih tujuh motif, kami justru gigit jari. Karena yang menikmati justru perajin batik dari luar daerah," kata Tanti.
Bupati Sleman Sri Purnomo menyatakan soal peraturan bupati masih dimatangkan bagian hukum. Dia meminta kepada jajarannya untuk segera menyelesaikan peraturan itu. "Peraturan yang sudah dirancang supaya segera diselesaikan," katanya.
MUH. SYAIFULLAH