TEMPO.CO, Dushanbe - Parlemen Tajikistan meloloskan rancangan undang-undang yang mencabut kewarganegaraan penduduknya yang bergabung dengan kelompok gerilyawan yang menamakan diri Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Irak dan Suriah.
"Seseorang akan otomatis dicabut kewarganegaraannya dalam Republik Tajikistan jika mereka berperang bersama kelompok-kelompok dan organisasi-organisasi teroris di luar negeri," kata Zarif Alizoda, anggota ombudsman hak asasi negara itu, kepada parlemen.
Parlemen kemudian dengan suara bulat mengundang-undangkan RUU itu. Saat ini ada sekitar 400 warga Tajikistan yang bergabung dengan ISIS. Termasuk Kolonel Gulmurod Halimov, yang pernah menjadi kepala unit pasukan khusus pada Kementerian Dalam Negeri Tajikistan.
Mei 2015 lalu, Kolonel Gulmurod Halimov, mantan komandan pasukan khusus kementerian dalam negeri, mengejutkan negeri itu dengan mengumumkan lewat klip video sepanjang 12 menit di YouTube. Dalam video itu, dia menyatakan membelot ke ISIS karena menganggap pemerintah negaranya menjalankan kebijakan-kebijakan yang anti Islam.
Bulan ini dia muncul di video dengan mengancam memenggal adiknya yang telah meminta diringa kembali ke negaranya dan menghadapi hukuman. Pekan ini foto-foto Halimov yang dirawat karena cedera tersebar di media sosial. Setelah pengumuman Halimov itu, Tajikistan segera menyatakan ISIS sebagai organisasi teroris.
Sementara itu, berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), ada sekitar 159 warga Indonesia yang bergabung dengan ISIS. Namun pengamat terorisme, Sidney Jones, memprediksi 200-300 warga Indonesia telah menjadi anggota ISIS.
BNPT mengantisipasi warga Indonesia pergi ke Suriah untuk menjadi milisi ISIS. Ada empat upaya pendekatan yang dilakukan BNPT, yakni kontraideologi, kontraradikal, kontrapropaganda, dan kontranarasi.
Seorang pria warga Indonesia yang bergabung dengan ISIS diberitakan dieksekusi mati karena dituduh mendonasikan darahnya yang telah terinfeksi AIDS. Dilansir Daily Mail, 23 Juni 2015, pria ini mendonasikan darah itu kepada anggota milisi ISIS lainnya yang berbasis di Shaddadi, Provinsi Hasaka Selatan. Seorang anggota milisi asal Mesir tertular HIV/AIDS karena menerima donasi darah tersebut. Setelah diadakan investigasi internal oleh ISIS, diketahui juga bahwa seorang gadis Yasidi berusia 15 tahun yang dijadikan budak seks juga positif HIV. Ia tertular karena diperkosa anggota milisi yang telah terinfeksi HIV.
ANTARA | DAILY MAIL