TEMPO.CO, Ankara - Pemerintah Turki mengakui telah mengadakan pembicaraan dengan Israel atas kesepakatan untuk memulihkan hubungan yang memburuk setelah serangan mematikan pasukan komando Israel terhadap kapal bantuan Turki yang menuju Gaza.
"Sudah lazim kedua negara melakukan pembicaraan untuk normalisasi hubungan. Bagaimana bisa rekonsiliasi dicapai tanpa mengadakan pertemuan apapun?" kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu kepada wartawan di Ankara, seperti dilansir Ynetnews.com, 24 Juni 2015.
Pernyataan Cavusoglu ini disampaikan sehari setelah laporan bahwa para pejabat Israel dan Turki telah mengadakan pembicaraan rahasia di Roma, Italia, Senin 22 JUni 2015, dalam upaya untuk memulihkan hubungan kedua negara.
Cavusoglu mengkonfirmasi ada kontak seperti itu dan mengatakan: " Pertemuan-pertemuan ini bukan hal baru dan pembicaraan tingkat tinggi telah diselenggarakan antara kedua negara saat ini."
Ketegangan hubungan dua negara bermula pada tahun 2010, saat pasukan komando Israel menyerbu kapal berbendera Turki, Mavi Marmara, armada yang mencoba untuk memotong blokade laut Israel atas Jalur Gaza.
Sembilan warga Turki tewas dalam serangan Israel itu dan satu lagi meninggal di rumah sakit pada tahun 2014 setelah empat tahun dalam keadaan koma. Serangan itu memicu kecaman luas dan memicu krisis diplomatik besar antara kedua negara.
Ankara mengusir duta besar Israel, menuntut permintaan maaf secara resmi, meminta kompensasi kepada keluarga korban dan mengajukan tuntutan diakhirinya blokade di Jalur Gaza, daerah yang diperintah oleh Hamas, kelompok militan Palestina.
Pembicaraan tentang kompensasi dimulai tahun 2013 setelah Israel menyampaikan permintaan maaf secara resmi kepada Turki. Terobosan ini terjadi karena ada mediasi oleh Presiden AS Barack Obama.
Pemerintah Israel dilaporkan menyajikan kesepakatan untuk membayar kompensasi kepada keluarga korban, tapi kesepakatan itu belum terjadi. "Bola ada di tangan pengadilan di pihak sana soal dua tuntutan kami (pencabutan blokade di Gaza dan pembayaran kompensasi kepada para keluarga)," kata Cavusoglu.
"Kami sedang menunggu jawaban dari mereka. Sebuah perjanjian bisa mungkin telah mencapai lebih awal tetapi proses telah tertunda karena keseimbangan di dalam negeri Israel," katanya.
Pembicaraan terbaru antara Turki dan Israel ini terjadi dua minggu setelah Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), yang ikut didirikan oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang dikenal sering mengungkapkan kemarahannya atas Israel, kehilangan mayoritas kursinya di Parlemen.
YNETNEWS.COM | ABDUL MANAN