TEMPO.CO - Tel Aviv - Kelompok aktivis kemanusiaan yang membawa kapal pukat berbendera Swedia, Marianne av Göteborg, akan menerobos brikade laut Israel terhadap Jalur Gaza, daerah yang dikuasai Hamas, militan Palestina. Aksi ini sebagai protes atas blokade Israel terhadap daerah itu.
Penyelenggara protes ini menyatakan bahwa mereka "tidak melihat alasan" militer Israel, IDF, akan mengulangi kesalahan yang dibuat tahun 2010 lalu terhadap kapal Mavi Marmara yang mencoba melakukan hal yang sama.
Kapal Marianne av Göteborg diperkirakan akan mencapai tujuan sekitar Selasa, 30 Juni 2015, kata perwakilan dari perusahaan yang memiliki kapal.
Ann Ighe, juru bicara Kapal Marianne mengatakan kepada The Jerusalem Post, Minggu 28 Juni 2015 bahwa armada itu berharap tidak akan dihadapi oleh sikap agresif oleh Angkatan Laut Israel. "Kami berharap ini akan diakui sebagai protes politik terhadap blokade," katanya dari Yunani, dari mana kapalnya mulai buang sauh menuju Gaza.
Namun IDF sebelumnya telah memperingatkan tidak akan mengizinkan kapal apapun untuk menyeberangi perbatasan laut Israel untuk mencapai Gaza.
Palestina "akan melihat ini sebagai pesan bahwa dunia tidak melupakan mereka," kata Ighe. "Mereka tinggal di tempat di mana laut adalah seperti sebuah dinding, bukan bagian untuk menuju seluruh dunia."
Ighe mengatakan bahwa sejak insiden Mavi Marmara pada 2010, ketika kapal berbendera Turki yang mencoba mendobrak blokade dan dihadapi dengan kekerasan oleh militer Israel, telah ada beberapa upaya lebih lanjut untuk menerobos blokade untuk mencapai Gaza. Ia berharap kapal ini tak menghadapi perlakuan agresif dari Israel.
Dalam insiden Mavi Marmara, pasukan komando Israel menyerbu masuk ke kapal berbendera Mavi Marmara dan menewaskan 10 orang. Kasus ini mengundang kecaman internasional dan membuat hubungan Israel-Turki, yang sebelumnya baik, menjadi buruk.
Namun Ighe mencatat bahwa aktivis yang ada di kapal Marianne telah bersumpah untuk tidak terlibat dalam kekerasan dengan menandatangani kontrak bahwa mereka akan menghadapi Israel dengan cara non-kekerasan. Dia menambahkan bahwa awaknya tidak berharap kapal itu akan dinaiki oleh pasukan keamanan Israel, tetapi mereka akan bersiap jika terjadi kemungkinan itu.
Hari Minggu (28 Juni 2015) sore, kapal Marianne dilaporkan berada di lepas pantai Mesir antara Alexandria dan Port Said.
Pemerintah Israel telah menegaskan bahwa pihaknya tidak akan mengizinkan kapal yang tidak sah memasuki perairan teritorialnya dan menyatakan banyak saluran untuk membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza. Pemerintah Tel Aviv melihat kapal semacam ini semata-mata sebagai sarana untuk provokasi.
JERUSALEM POST | ABDUL MANAN