Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Pilu Bocah-bocah Bersisik yang Terusir

Editor

Bobby Chandra

image-gnews
REUTERS/Ajay Verma
REUTERS/Ajay Verma
Iklan

TEMPO.CO, Banyuwangi - Pintu dan daun jendela rumah itu lebih banyak tertutup. Udara keluar-masuk hanya dari ventilasi sempit di atas pintu. Lembab menyergap begitu memasuki rumah berdinding bata ini. Hampir di semua sudut tembok, sarang laba-laba menjuntai. Debu-debu menyesaki kursi dan lantai.

Sebuah televisi 21 inci menyala di kamar tengah, Rabu siang, 24 Juni 2015. Seorang bocah memelototi tabung berwarna tersebut sambil merebahkan tubuh kecilnya di kasur. Sebuah boneka kumal berada dalam pelukannya. Bagi Yani, bocah delapan tahun itu, televisi adalah dunianya setiap hari.

Putri, kakak kandung Yani, masih berkutat di dapur. Setelah menyiapkan sarapan untuk adiknya, gadis 13 tahun itu mencuci baju. Sejak kedua orang tua mereka meninggal, Putri berperan sebagai ayah sekaligus ibu bagi adik satu-satunya itu.

Hampir dua tahun Putri dan Yani (bukan nama sebenarnya) lebih banyak mengurung diri di rumah. Tepatnya, setelah Yani diketahui mengidap HIV/AIDS pada 2013. Mereka terkucil dari keluarga sendiri dan tetangga sekitarnya.

Kedua bocah perempuan itu anak pasangan SY dan KS, asal Kecamatan Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur. Sebelum Yani lahir, keluarga miskin ini mulanya tinggal di Bali. SY menjadi sopir truk yang kerap membawa barang dari Bali ke Jakarta. Pada 2007, SY mendadak meninggal tanpa diketahui sebabnya saat ia sedang bekerja.

KS yang saat itu sedang hamil delapan bulan, lalu pulang ke kampung halamannya. Di Banyuwangi inilah Yani lahir. Untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, KS akhirnya menjadi buruh cuci. Pada 2012, KS tiba-tiba jatuh sakit. Hasil uji darah rumah sakit cukup mengejutkan, KS ternyata positif HIV/AIDS.

Kondisinya terus memburuk karena juga terserang TBC hingga akhirnya meninggal setahun kemudian. Sepeninggal KS, Putri dan Yani sempat tinggal di rumah nenek-kakeknya selama satu tahun. Saat itu, Yani bersekolah di salah satu taman kanak-kanak.

Setahun kemudian, gatal mulai bermunculan di tubuh Yani. Setelah menjalani tes di rumah sakit, gatal di tubuh Yani ternyata dipicu oleh bersarangnya HIV/AIDS yang tertular dari ibunya. Mendengar hasil pemeriksaan itu, nenek-kakek Putri dan Yani langsung enggan mengasuh dan memulangkan keduanya.

"Katanya takut penyakit Yani menular ke anak-anak yang lain," ucap Putri, saat ditemui Rabu 24 Juni. Tak cukup dengan mengusir Putri dan Yani. Keluarga besarnya juga nyaris tak pernah menginjakkan kaki di rumah bocah tersebut.

Bila ingin makan, Putri diminta datang sendiri ke rumah neneknya yang berjarak 200 meter. Tapi tidak setiap hari jatah makan itu ada. Akhirnya, Putri dan Yani lebih banyak mengkonsumsi mie instan hasil pemberian sejumlah orang yang iba dengan nasib keduanya.

Sejak pengusiran dari keluarganya sendiri, kabar penyakit Yani menyeruak cepat ke masyarakat dan sekolah. Di TK, gunjingan dari orang tua siswa menjadi santapan sehari-hari. Ketua RT setempat, Bandi Irawan, bercerita, puncaknya terjadi pada 2014 ketika Yani mulai masuk sekolah dasar.

Saat itu gatal-gatal di tubuh Yani makin menjalar dan membuat kulitnya bersisik. Hampir setiap hari Yani pulang sekolah dengan wajah bersungut-sungut dan menangis. Yani dongkol sekaligus malu karena selalu mendapat olok-olok dari teman sekelasnya.

Menurut Bandi, pihak sekolah kemudian meminta Yani berhenti sekolah. Alasannya, ada ancaman dari seluruh orang tua siswa akan menarik anaknya bila Yani tetap diizinkan sekolah. Sejak saat itu, Yani tak pernah lagi bermain dengan teman sebayanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Yani selalu mengurung diri di dalam rumah, bermain dengan boneka kumal dan menghabiskan hari dengan menonton televisi. Selama dua jam, Tempo menemui Yani, bocah itu selalu menampakkan wajah murung. Tak ada lagi senyum dan tawa. Keceriaan khas seorang bocah telah sirna di diri Yani. "Saya hanya ingin sekolah lagi," katanya lirih.

Selain Yani, cerita lainnya datang dari Laura, 8 tahun. Kedua orang tuanya meninggal pada 2012 karena virus HIV/AIDS. Laura akhirnya dirawat salah satu kakaknya, Vico, yang menjadi pengamen jalanan. Karena tak memiliki tempat tinggal, Laura harus mengikuti kakaknya itu mengamen dari satu tempat ke tempat lain, sehingga Laura tak bersekolah.

Asupan gizi makanan yang kurang dan hidup di jalanan, membuat tubuh Laura tak kuat menahan laju virus mematikan di tubuhnya. Setelah dirawat beberapa minggu di rumah sakit, Laura akhirnya meninggal dunia Rabu, 24 Juni 2015.

Laura dan Yani adalah sedikit kisah tentang anak-anak penderita HIV/AIDS di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Data Dinas Kesehatan setempat menunjukkan, hingga akhir Januari 2015 terdapat 69 anak yang tertular virus tersebut dari orang tuanya. Sebagian besar dari mereka bernasib sama dengan Laura dan Yani: terlantar setelah kedua orang tuanya meninggal.

Manajer Program Kelompok Kerja Bina Sehat, LSM penggiat HIV/AIDS, Tunggul Harwanto, mengatakan, mereka terlantar karena tidak didukung dari keluarga dan masyarakat. Masih rendahnya pemahaman soal penularan HIV/AIDS, membuat anak-anak ini mendapat diskriminasi sosial dan pendidikan. "Padahal hidup layak dan pendidikan adalah hak anak," kata Tunggul, 27 Juni 2015.

Menurut Tunggul, belum ada kebijakan khusus dari Pemerintah Banyuwangi untuk melindungi hak anak penderita HIV/AIDS. Padahal idealnya, perlakuan terhadap anak HIV/AIDS sangat berbeda dengan pasien dewasa. Anak yang menderita virus itu, kata dia, harus mendapat asupan gizi yang baik, ruang bermain, dan kesempatan sekolah yang sama.

Untuk menjamin ketiga hal itu, seharusnya satu pasien anak mendapat satu pendamping. Kenyataannya, jumlah pendamping pasien HIV/AIDS saat ini hanya 5 orang. Sehingga, dari 69 anak penderita HIV/AIDS hanya 15 orang saja yang mendapat pendamping. Sisanya tidak terpantau kondisinya.

Bila asupan gizinya buruk ditambah beban psikologis seperti yang dialami Yani dan Laura, akan berpotensi menyebabkan laju virus bertambah kuat. Padahal, kata Tunggul, 90 persen virus HIV/AIDS justru menyerang kekebalan tubuh. "Pemerintah daerah harus menjamin kecukupan gii dan hak sekolah pada anak HIV/AIDS."

Pelaksana tugas Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Wiji Lestariono, mengatakan, semestinya ada rumah singgah untuk anak penderita HIV/AIDS yang diterlantarkan keluarganya. Namun, Pemerintah Banyuwangi belum berencana mendirikan rumah singgah. Alasannya, dia mengklaim jumlah anak terlantar hanya sekitar 2-3 orang. "Kami meminta agar Pemerintah Jawa Timur yang menyediakan rumah singgah."

Pemerintah Banyuwangi, kata Wiji, telah berupaya maksimal agar penderita HIV/AIDS tidak mendapat diskriminasi, termasuk di dunia pendidikan. Caranya dengan menggelar sosialisasi keliling ke masyarakat. "Tapi saya belum dengar kalau ada penderita HIV/AIDS kesulitan sekolah," katanya.

IKA NINGTYAS | BC

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Pasien HIV Tertutup dengan Statusnya, Tantangan Tersulit Tenaga Kesehatan Berikan Layanan

10 Desember 2023

Media briefing Peringatan Hari AIDS Sedunia Tahun 2023 ''Bergerak Bersama Komunitas, Akhiri AIDS 2030
Pasien HIV Tertutup dengan Statusnya, Tantangan Tersulit Tenaga Kesehatan Berikan Layanan

Orang dengan HIV diharapkan tidak menutup status kesehatannya. Tenaga kesehatan dan komunitas bisa mendampingi mereka demi kualitas hidup yang baik.


Satu Pasien Kritis Cacar Monyet Meninggal di RSCM, Punya Riwayat Positif HIV

23 November 2023

An illustration of a monkeypox vaccine. (ANTARA/Shutterstock/am/rst)
Satu Pasien Kritis Cacar Monyet Meninggal di RSCM, Punya Riwayat Positif HIV

Satu pasien cacar monyet atau Monkeypox (Mpox) dalam kondisi kritis meninggal di RSCM. Punya riwayat penyakit HIV.


Fakta Menarik Buah Matoa dari Papua, Diklaim Bisa Cegah Terbentuknya Virus HIV

19 November 2023

Buah Matoa. shutterstock.com
Fakta Menarik Buah Matoa dari Papua, Diklaim Bisa Cegah Terbentuknya Virus HIV

Buah matoa banyak terdapat di Papua. Buah itu masih satu keluarga dengan kelengkeng dan rambutan.


AJI Sebut Sejumlah Media Abai Kode Etik dalam Memberitakan Kekasih Mario Dandy

8 Maret 2023

Penampilan tersangka pria berinisial MDS (20) yang menganiaya korban pria berinisial D (17) di kawasan Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta, Rabu 22 Februari 2023. ANTARA/Luthfia Miranda Putri
AJI Sebut Sejumlah Media Abai Kode Etik dalam Memberitakan Kekasih Mario Dandy

AJI Indonesia mendesak media mematuhi kode etik jurnalistik dalam memberitakan kekasih tersangka kasus penganiayaan, Mario Dandy Satriyo.


Aliansi Untuk Mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia Resmi Dibentuk!

2 Desember 2022

Equalize Our Child & Gala Premiere Film Pendek
Aliansi Untuk Mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia Resmi Dibentuk!

Di Indonesia, hanya 25% dari anak-anak yang hidup dengan HIV menjalani pengobatan ARV yang menyelamatkan jiwa. UNAIDS Indonesia, Jaringan Indonesia Positif, Ikatan Perempuan Positif Indonesia, Lentera Anak Pelangi, dan Yayasan Pelita Ilmu menginisiasi aliansi baru untuk memperbaiki salah satu masalah yang paling mencolok dalam respon penanggulangan AIDS.


Rent, Drama Musikal Pertunjukan Broadway akan Ditampilkan di Jakarta

18 November 2022

Drama musikal Rent dipentaskan pada 25 - 27 November 2022 di Teater Ciputra Artpreneur. (Dok.Teman Musical)
Rent, Drama Musikal Pertunjukan Broadway akan Ditampilkan di Jakarta

Drama musikal Rent berkisah tentang sekelompok seniman muda yang bertahan hidup dari kondisi kemiskinan dan bayang-bayang penyakit HIV/AIDS.


Romantika Merawat Anak dengan HIV / AIDS

25 September 2022

Romantika Merawat Anak dengan HIV / AIDS

Merawat anak dengan HIV / AIDS menjadi tantangan besar bagi orang tua.


Kasus HIV di Kota Bandung Bertambah 400 Orang Setiap Tahun

30 Agustus 2022

Ilustrasi pemeriksaan HIV. ANTARA/Zabur Karuru
Kasus HIV di Kota Bandung Bertambah 400 Orang Setiap Tahun

Berdasarkan pola penyebarannya, mayoritas kasus HIV di Kota Bandung pada kalangan heteroseksual, kemudian pengguna narkoba dengan cara suntik.


World AIDS Day 2021: Perlu Kemitraan Hadapi Ketidaksetaraan di Masa Pandemi

1 Desember 2021

Diskusi Ngobrol@Tempo bertajuk World AIDS Day 2021
World AIDS Day 2021: Perlu Kemitraan Hadapi Ketidaksetaraan di Masa Pandemi

Dunia akan memasuki tahun ketiga pandemi Covid 19, demikian juga epidemi HIV/AIDS akan memasuki dekade kelima.


Kasus HIV / AIDS di Marauke Papua Terus Mengalami Peningkatan

7 September 2021

Sejumlah mahasiswa memegang pita merah dalam kampanye peduli HIV/AIDS di Sichuan, Cina, (01/12). REUTERS/Stringer
Kasus HIV / AIDS di Marauke Papua Terus Mengalami Peningkatan

Meningkatnya angka kasus penderita HIV / AIDS di Merauke, Januari-Juni 2021 terdapat 53 kasus baru yang muncul, setengah dari akumulatif tahun 2020.