TEMPO.CO , Jakarta: Wilayah Jawa, Bali, NTB, NTT, Papua bagian selatan, Maluku bagian Selatan dan sebagian Sulawesi Selatan kondisinya kering. Rata-rata curah hujan kurang dari 100 mm per bulan. Bahkan di Jawa Timur, Bali, NTT dan NTB curah hujan kurang dari 50 mm. Beberapa daerah telah mengalami kekeringan seperti Purbalingga, Gunungkidul, Wonogiri, Tuban, Bojonegoro, Boyolali, Lombok Utara dan NTT. Sebagian besar wilayah di Sumatera juga kering hingga sedang. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, musim kemarau akan mencapai puncak pada September mendatang.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BMKG Sutopo Purwo Nugroho melalui rilisnya kepada Tempo mengatakan terbatasnya curah hujan di Riau juga telah menyebabkan titik api terus meningkat dalam beberapa hari terakhir. Pada Minggu, 28 Juni 2015, satelit Modis memantau 207 titik api di Sumatera, sebanyak 71 titik api berada di Riau meliputi 24 titik api di Pelalawan , Rokan Hilir 18, Bengkalis 9, Inhil 6, Dumai 5, Siak 3, Inhu 3, di Kuansing, Meranti, Kampar masing-masing 1 titik api.
Luas lahan terbakar sebanyak 142 hektar. Petugas gabungan dari Manggala Agni, BPBD, TNI, Polri dan relawan telah berhasil memadamkan 69 hektar. Sedangkan 73 hektar belum dapat dipadamkan. ‘’Penyebab kebakaran adalah pembersihan dan pembukaan lahan,’’ kata Sutopo Purwo Nugroho.
Hujan buatan yang dilakukan BPPT bersama BNPB dan TNI AU sejak Senin 22 Juni 2015 lalu hingga sekarang mengalami kendala berupa tidak tersedianya awan-awan potensial di atmosfer yang layak untuk disemai dengan bahan NaCl. Pada Jumat - Sabtu 26-27 Juni 2015 tidak dilakukan penerbangan menyemai awan.
Hingga hari keenam pelaksanaan hujan buatan baru dilakukan 4 kali penerbangan dengan menebarkan 9,2 ton bahan NaCl dengan pesawat terbang CN 295 TNI AU di ketinggian 11.000 - 13.000 kaki di wilayah Riau.
Berdasarkan pola titik api tahun 2006-2014 di Sumatera-Kalimantan, jumlah titik api akan terus meningkat hingga Oktober mendatang. Puncak titik api pada September. Semua unsur baik pemerintah, pemda, dunia usaha dan masyarakat untuk selalu mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan.
SUPRIYANTHO KHAFID