TEMPO.CO, Padang - Kabar duka menyelimuti keluarga Pratu Septi Doni, di Kelurahan Pasia Nan Tigo, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat. Setelah mengetahui Septi Doni turut menjadi korban jatuhnya pesawat milik TNI AU berjenis C-130B Hercules dengan normor A1310 di Medan.
Doni-sapaan akrab Sepri Doni-merupakan personel Batalion Pasukan Khas (Paskhas) 462/Pulanggeni, Pekanbaru. Pria berusia 28 tahun ini bergabung bersama TNI AU sejak tahun 2008.
Kakak kandung korban, Mardinol, 32 tahun, mengatakan, beberapa jam sebelum lepas landas dari Pangkalan Udara Soewondo, Medan, Doni sempat menghubungi ibunya, Marnis, 55 tahun, melalui ponsel. "Sekitar pukul 10.00 WIB," ujarnya Rabu dinihari, 1 Juli 2015.
Saat itu, kata Mardinol, Doni mohon doa restu untuk bertugas di Tanjung Pinang. "Dia pamit sebelum berangkat dinas. Katanya akan bertugas di sana selama tiga bulan," ujarnya.
Doni anak kedua dari empat bersaudara. Sehari-hari dia tinggal di Pekanbaru bersama istri dan anaknya yang baru berumur lima bulan.
Mardinol mengatakan, sejak lulus sebagai prajurit TNI AU, dia tinggal di Malang. Tiga bulan terakhir ini dia pindah ke Pekanbaru.
Keluarga baru mengetahui kejadian yang menimpa adiknya dari istri Septi Doni yang berada di Pekanbaru, Selasa, pukul 20.00 WIB. "Istrinya menelpon dan menangis. Dia bilang, abang sudah pergi bang," ujarnya.
Untuk memastikan, Mardinol bergegas menuju Pangkalan Udara TNI AU, Padang. Di sana baru dia mendapatkan informasi resmi adik kandungnya meninggal. "Sebelumnya kita juga melihat nama Doni, menjadi salah seorang korban di televisi," ujarnya.
Jenazah Doni diperkirakan tiba Rabu pagi ini, 1 Juli 2015, di Lapangan Udara TNI AU, Padang. "Kita belum tau dimakamkan di mana. Yang penting di Padang," ujarnya.
ANDRI EL FARUQI