TEMPO.CO, Jakarta - Ray Danur Sri Rahayu, 49 tahun, tersungkur di kursi ruang tamu kediamannya di Jalan Tupolev, Kompleks Skuadron, Perumahan Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Dengan mata sembab dan omongan sedikit terbata-bata, dia mengenang almarhum putranya, Letnan Dua Bayu Perdana, penumpang pesawat Hercules C-130B yang jatuh di Medan, Sumatera Utara, Selasa siang kemarin.
Menurut Sri, putranya yang berumur 27 tahun itu selalu memberikan kejutan kepada dia. "Rabu pekan lalu dia datang dari Ranai ke rumah tanpa memberi tahu saya dan keluarga," katanya kepada Tempo, Rabu, 1 Juli 2015.
Saat itu meskipun tidak membawa apa-apa, Bayu mampu menghibur keluarga dengan caranya yang datang secara tiba-tiba. “Dia memang sering membuat kejutan seperti itu,” ujar Sri.
Bayu bertugas di Lapangan Udara Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, sejak 2014. Pekan lalu, Bayu datang ke Jakarta untuk menjenguk ayahnya yang dirawat di Rumah Sakit Angkatan Udara dan menjalani tes bahasa Inggris. Sang ayah, Mayor Ubadillah, pun sudah diperbolehkan pulang pada Kamis, 25 Juni 2015. Bayu pun menyelesaikan tes bahasa Inggris di Lebak Bulus.
Hampir satu pekan, kata Sri, Bayu berada di rumah dan sahur bersama keluarga. Selasa, 30 Juni, Bayu pun pulang menuju Ranai menggunakan pesawat Hercules C-130B milik TNI Angkatan Udara dengan nomor penerbangan A-1310.
Menurut Sri, anaknya itu sempat memberitahukan bahwa pesawat yang ditumpanginya itu akan transit di Medan terlebih dahulu sebelum menuju Ranai. Namun, dia kaget mendengar informasi dari rekan kerja Bayu ihwal Hercules yang ditumpanginya jatuh. "Saya harus ikhlas," katanya.
HUSSEIN ABRI YUSUF