TEMPO.CO, Mojokerto - Salah satu teknisi pesawat Hercules tipe C-130 milik TNI AU yang jatuh di Medan, Sumatera Utara, Selasa, 30 Juni 2015, Pembantu Letnan Satu (Peltu) Ibnu Kohar, 39 tahun, merupakan warga Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Keluarga Kohar tinggal di RT 5 RW 1 Desa/Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto.
Adik ipar korban, Supri, mengatakan keluarga semula tidak menyangka Kohar termasuk dalam korban pesawat Hercules yang jatuh di Medan. “Keluarga melihat tayangan televisi dan tidak berpikir kalau kakak saya menjadi korban kecelakaan pesawat itu,” katanya di rumah duka, Rabu, 1 Juli 2015.
Keluarga baru percaya ketika mendapat informasi dari kesatuan tugas almarhum di Skuadron 32 Pangkalan Udara (Lanud) Abdurahman Saleh, Malang. “Setelah ada informasi resmi, keluarga percaya,” ujarnya.
Almarhum Kohar merupakan putra sulung dari lima bersaudara. Anak dari pasangan suami-istri Abu Dzarrin dan Lianah. Almarhum meninggalkan seorang istri, Istibsyaroh, dan dua putri. Putri pertamanya, Firda, duduk di bangku sekolah menengah atas, dan putri keduanya, Dila, duduk di bangku sekolah dasar. Pria kelahiran tahun 1967 ini menjadi anggota TNI Angkatan Udara sejak 1990.
Pihak keluarga di Mojokerto saat ini tengah menunggu kedatangan jenazah korban. “Kami masih menunggu kabar lebih lanjut kapan jenazah akan dibawa pulang,” tutur Supri. Di halaman rumah korban tampak didirikan tenda dan puluhan kursi untuk para pelayat.
Kepala Sub-Seksi Kelengkapan Perorangan Pelayanan Personel Pangkalan Udara Surabaya Kapten Mulyadi mengatakan korban saat ini sudah diidentifikasi dan berada di Rumah Sakit Adam Malik, Medan. “Jenazah korban akan diberangkatkan dari Medan ke Jakarta lalu ke Malang. Setelah dari Malang, dibawa ke rumah duka,” ucapnya saat berada di rumah keluarga almarhum Kohar.
ISHOMUDDIN