TEMPO.CO, Medan - Jatuhnya pesawat Hercules C-130 pada Selasa, 30 Juni 2015, di Jalan Jamin Ginting Kilometer 10, Medan, menimbulkan kerugian besar. Selain menyebabkan tiga bangunan rusak, kecelakaan itu merenggut jiwa warga setempat. “Kerugiannya materiilnya miliaran rupiah,” kata Kepala Lingkungan (Rukun Tetangga) 6 Kelurahan Mangga, Kecamatan Medan Tuntungan, Bismar Sembiring, Kamis, 2 Juli 2015.
Menurut Bismar, yang sudah menjadi Kepala Lingkungan 6 selama 30 tahun, tiga bangunan yang tertimpa pesawat itu yakni kompleks Rumah Toko (Ruko) Royal Gardenia yang sedang dalam tahap pembangunan, panti pijat BS Oukup (Spa Tradisional Karo), dan Hotel Beraspati. Selain itu, pesawat menghantam antena stasiun radio yang berada di gedung Bethany dan mobil Toyota Fortuner milik seorang pengembang.
“Tapi saya belum tahu pasti kerugiannya karena belum ada perhitungan resmi dari para pemilik,” ucap Bismar, yang memperkirakan total kerugian akibat kecelakaan ini lebih dari Rp 2 miliar. Sebagai gambaran, kata Bismar, BS Oukup, yang setengah bangunannya rata dengan tanah, tidak lagi dapat ditempati. Sekitar sepuluh kamar di BS Oukup yang memiliki total luas bangunan 10 x 40 meter hancur.
Adapun bagian depan dan samping Ruko Royal Gardenia hancur. Fortuner pun rusak. Sedangkan atap Beraspati hancur. “Tapi untung tidak kena pengungsi,” kata Bismar. Sebagian kamar penginapan itu ditempati pengungsi dari International Organization for Migration.
Menurut Bismar, delapan warga setempat tewas. Semuanya merupakan pekerja BS Oukup, yakni Siti dan Arni, yang merupakan kasir; Anas dan Ari (room boy); serta empat pegawai lain, yaitu Dewi, Amel, Sindi, dan Rani. “Saat itu BS Oukup sedang tutup karena puasa, makanya tidak ada korban pengunjung.”
SALOMON PANDIA