TEMPO.CO, Jakarta - Panglima TNI terpilih, Jenderal Gatot Nurmantyo, memastikan wakilnya nanti tidak akan berasal dari matra darat. Hal ini untuk menjunjung asas keadilan karena, menurut dia, tak mungkin TNI dipimpin dua orang dari matra yang sama.
"Panglima Moledoko sudah mengajukan kepada staf kepresidenan agar ada wakil panglima, tapi belum diputuskan. Yang pasti bukan dari darat," ujar Gatot di kantor Presiden, Kamis, 2 Juli 2015.
Saat ini, Mabes TNI sedang menunggu Presiden Joko Widodo meneken keputusan presiden soal reorganisasi TNI, salah satunya mengatur soal wakil panglima. Jabatan ini dibutuhkan untuk memberikan fungsi komando ketika panglima tak ada di tempat. Gatot mengaku belum tahu apakah wakilnya nanti akan dilantik bersamanya. "Semuanya masih seandainya, menunggu aturannya keluar dulu," katanya.
Sebelum didapuk menjadi panglima, Gatot menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Darat. Lulusan Akademi Militer 1982 ini pernah menjadi Gubernur Akademi Militer pada 2009-2010. Selain itu, ia pernah menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat pada 2013-2014.
Penunjukan Gatot sempat menuai polemik. Jokowi dianggap mengubah tradisi pengangkatan Panglima TNI sejak pemerintahan Abdurrahman Wahid. Biasanya jatah panglima dibagi bergilir untuk tiga matra, yaitu TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Udara, dan TNI Angkatan Laut. Moeldoko dan Gatot sama-sama berasal dari matra loreng hijau.
TIKA PRIMANDARI