TEMPO.CO, Santiago - Dinihari nanti, Minggu, 5 Juli 2015 di Estadio Nacional Julio Martinez Pridanos, Santiago, Cile, mata atau pikiran Paolo Guerrero bakal tak beranjak dari tayangan pertandingan babak final Copa America 2015 antara tuan rumah dan Argentina.
Guerrero, penyerang berusia 31 tahun yang dijuluki predator dari Peru ini, mungkin di bawah sadarnya tidak berharap Eduardo Vargas, pemain sayap Cile, mencetak gol lagi. Bila itu terjadi, Guerrero dan Vargas akan menjadi top scorer alis pencetak gol bersama kejuaraan sepak bola antarnegara Amerika Selatan tahun ini.
Lebih khusus lagi, buat Guerrero, kapten Peru pada Copa America 2011, ia akan menjadi pencetak gol terbanyak kejuaraan sepak bola antarnegara Amerika Selatan untuk kedua kalinya. Ini tentu rekor buat penyerang Flamengo, klub tersohor dari Brasil, tersebut.
Sebab, selama ini baru penyerang Argentina, Gabriel Batistuta, yang bisa meraih gelar top scorer Copa America dua kali pada pergelaran dua kali beruntun, yakni 1991 dan 1995.
Sebelum pertandingan perebutan peringkat ketiga di Stadion Municipal Alcadesa Ester Roa Rebolledo, Concepcion, Sabtu, 4 Juli 2015, Guerrero bilang, “Salah satu tugas saya adalah mencetak gol untuk timku. Namun kerja sama tim lebih penting, meski menjadi pencetak gol terbanyak juga akan berarti.”
Kenyataannya, Guerrero, mantan penyerang Bayern Munich, melakukan dua hal itu sekaligus ketika membawa Peru mengalahkan Paraguay 2-0, sehingga mereka menduduki peringkat ketiga Copa America dua kali berturut-turut.
Guerrero ikut merancang terjadinya gol pertama Peru pada laga perebutan tempat ketiga yang dicetak pemain sayap kanan, Andre Carrillo, pada babak kedua menit ke-48. Guerrero menyundul bola dari tendangan penjuru Christian Cueva. Bola melambung dan disambut dengan tendangan voli kaki kanan Carrillo yang membobol gawang kiper Paraguay, Justo Villar.
Pada menit ke-89 atau satu menit sebelum waktu pertandingan normal berakhir, Guerrero memastikan Peru meraih hasil terbaik dalam Copa America sejak 1979 dan 1983. Ia mencetak gol kedua timnya setelah mendapat umpan silang dari Joel Sanchez.
Guerrero bukan hanya berjasa membuat rekannya, Carrillo, yang bermain di klub Sporting Clube de Portugal, bisa mencetak gol pertama internasional sejak 2012. Guerrero juga mencetak empat gol selama pergelaran Copa America 2015 ini di Cile atau sama dengan jumlah gol milik Vargas.
Penyerang tengah Peru ini berpeluang besar menjadi peraih trofi Sepatu Emas dua kali setelah Batistuta di Copa America sejak 1924. Hal itu terjadi bila Vargas gagal membobol gawang Argentina di Santiago dinihari nanti.
Pada Copa America sebelumnya, yaitu 2011 di Argentina, Guerrero meraih gelar top scorer setelah mencetak tiga gol, yaitu dengan sekali membobol gawang Peru dan mencetak dua dari tiga gol kemenangan 4-1 melawan Venezuela pada perebutan peringkat ketiga.
Kalau dinihari nanti, Vargas dari Cile menggagalkan prestasi besar yang bak sudah di depan mata Guerrero. Predator Peru dengan tinggi 1,85 meter ini tetap membawa nama harum ketika kembali ke negaranya. Sebab, Guerrero hanya tinggal mencetak satu gol lagi untuk menyamai prestasi pemain legendaris Peru, Teofilo Cubillas, yang mencetak 26 gol sepanjang kariernya.
Bagi Peru, Cubillas yang kini berusia 66 tahun adalah nama keramat di dunia sepak bola. Cubillas menjadi inspirator Peru meraih prestasi tertinggi mereka di Piala Dunia, yaitu mencapai perempat final 1970 dan 1978. Cubillas juga membawa Peru memenangi Copa America 1975.
Dengan usia yang belum terlalu tua, 31 tahun, Guerrero masih bisa menjadi andalan pelatih Ricardo Gareca saat Peru berjuang dalam babak kualifikasi Piala Dunia 2018 melawan raksasa Amerika Latin seperti Argentina, Brasil, dan Uruguay. Modal di Copa America 2015 menjadi penting buat pasukan Gareca.
ESPN SOCCERNET | AFP | WIKIPEDIA | HARI PRASETYO