TEMPO.CO, Bangkalan - Di hadapan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Ali Rido Hasan, pengasuh Pondok Pesantren An-Nurain, Desa Petapan, Kecamatan Labang, berkeluh kesah soal Jembatan Suramadu. Menurut dia, meski Presiden Joko Widodo telah menggratiskan jalan tol Suramadu untuk kendaraan roda dua, warga Kecamatan Labang belum merasakan secara sempurna.
"Mau masuk akses Suramadu tidak gratis. Kami harus bayar. Kalau tak bayar, portal bambu tidak dibuka," katanya, Sabtu, 4 Juli 2015, yang disambut tepuk tangan jemaah yang menghadiri safari Ramadan Khofifah. Portal bambu yang dimaksud Ali Rido terletak di Desa Morkepek.
Akses ini menjadi jalan pintas bagi masyarakat Labang, Kwanyar, dan Socah agar lebih cepat menuju Jembatan Suramadu. Namun, oleh sekelompok warga, jalan pintas ini dipasangi portal dari bambu. Portal ini dijaga beberapa pemuda berpenampilan preman.
Keberadaan portal tersebut sangat mengganggu kenyamanan warga. Portal-portal “swasta” ini terletak sekitar 500 meter dari pintu loket Jembatan Suramadu, tepatnya setelah jembatan layang pertama. "Saya minta pihak terkait supaya portal liar ini ditertibkan. Percuma Suramadu gratis kalau portal liar tetap ada," ujar Ali Rido.
Bukan Khofifah namanya jika tidak membalas curhatan Ali Rido. Saat tiba giliran Khofifah memberi sambutan, ia curhat pengalamannya dua kali gagal dalam inspeksi mendadak beras miskin di Madura. "Saya sidak di Aceh, Manokwari, Sumatera, dan Palembang, semuanya bisa. Tapi di Madura, tidak ada yang membukakan pintu," tuturnya.
Pengalaman itu dialami Khofifah saat sidak raskin ke gudang Bulog di Sumenep dan Pamekasan, Juni 2015. Khofifah sempat menelepon Direktur Utama Perum Bulog untuk mengutarakan kekecewaannya kepada Bulog di Madura. "Saya sidak cuma untuk memastikan raskin tersalur sesuai dengan jadwal. Kalau tidak ada masalah, tidak perlu takut saat saya sidak," ujar Khofifah.
MUSTHOFA BISRI