TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat ekonomi dari Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetiantono, menilai jumlah utang Indonesia dalam kategori cukup aman. Menurut dia, utang pemerintah sekitar 25 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), atau Rp 2.850 triliun. "Dalam konteks default (gagal bayar utang, bangkrut) tak ada kekhawatiran," katanya saat dihubungi, Minggu, 5 Juli 2015.
Jika dibandingkan dengan kondisi Yunani, dia menuturkan kondisi ekonomi jauh berbeda. Dia menuturkan defisit APBN Yunani mencapai 17 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Sedangkan rata-rata defisit Anggaran Belanja Pendapatan Nasional (ABPN) mencapai 2 persen dari PDB. "Paling banter 2,4 persen," katanya.
Yunani terancam gagal membayar utang sebesar Rp 1,5 miliar Euro kepada International Monetery Fund. Dengan kondisi tersebut, pemerintah Yunani memutuskan menutup bank sentral pada pekan lalu. Yunani pun terancam keluar dari Uni Eropa.
Akibat krisis, bank Yunani ditutup selama sepekan terakhir. Nasabah hanya diizinkan mengambil dana dalam jumlah sangat terbatas. Varoufakis menjanjikan bank akan kembali dibuka pada Selasa mendatang terlepas apapun hasil referendum.
Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan secara umum kondisi Yunani tidak berdampak langsung pada ekonomi Indonesia. Kondisi Yunani, kata dia, berdampak pada ekonomi global sebelum mempengaruhi keuangan Indonesia.
Dia menuturkan Indonesia tidak memiliki potensi seperti Yunani yang mengalami kebangkrutan. Musababnya ekonomi Indonesia tidak mengandalkan pasar, melainkan sumber daya semisal sumber daya alam. Dia menilai keuangan Indonesia relatif sehat pascakrisis tahun 1997 dan 2008.
"Integrasi kita ke global tidak terlalu besar," katanya. Indonesia, kata dia, hanya saya ketergantungan pada modal asing bukan global market, pembiayaan dan pasar sekunder. "Kita belajar dana pensiun dan hari tua bukan untuk konsumtif."
Menurut dia, salah satu kebangkrutan Yunani disebabkan jumlah utang pemerintah untuk jaminan hari tua lebih kecil dari jumlah para pekerja. Keuangan Yunani, kata dia, awalnya aman namun karena pengelolaan utangnya tak produktif maka menyebabkan bubble.
Enny menuturkan ancaman krisis tak dipungkiri akan terjadi jika pengelolaan utang pemerintah salah urus dan kebijakan tak tepat yang menyebabkan daya beli turun.
ALI HIDAYAT