TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan akan mewaspadai dampak krisis ekonomi Yunani terhadap pasar uang dan pasar modal Indonesia. Menurut dia, memburuknya ekonomi Yunani tidak akan banyak mempengaruhi perdagangan dan investasi, namun mempengaruhi persepsi tentang stabilitas ekonomi makro.
“(Persepsi) ini yang akan terkena,” kata dia di Kompleks Parlemen Senayan, 6 Juni 2015.
Bank sentral, Agus menambahkan, sudah mengantisipasi dampak krisis tersebut dalam tiga bulan terakhir, termasuk mengantisipasi rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat.
“Hal yang terpenting, Indonesia mampu menjaga stabilitas ekonomi makro. Tidak perlu khawatir berlebihan, kita bisa melewatinya dengan baik,” tutur Agus.
Dampak negatif krisis Yunani terhadap pasar keuangan domestik dibenarkan oleh ekonom dari Universitas Gadjah Mada, Toni Prasetiantono. Ia berujar, gejolak ekonomi Yunani dapat menekan nilai tukar rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG). "Kurs euro akan turun dan pemilik dana akan memindahkan asetnya ke dolar AS. Dampaknya, dolar AS bakal menguat," ujarnya.
Pergerakan di pasar keuangan internasional tersebut, dia menimpali, mau-tak mau membuat investor di pasar modal Indonesia panik dan melepas sahamnya. Begitu pula di pasar uang, rupiah akan kian melemah terhadap dolar AS. Dalam perdagangan kemarin, rupiah terkoreksi 27,2 poin (0,2 persen) ke level 13.347 per dolar AS. Adapun IHSG ditutup anjlok 66,17 poin (1,33 persen) ke level 4.916,74.
Tony menilai perekonomian Indonesia lebih baik ketimbang Yunani. Tak hanya diukur dari jumlah utang luar negerinya, tapi juga ditilik dari defisit anggaran yang dijaga tetap rendah sekitar 2 persen produk domestik bruto. Tingkat pengangguran Yunani yang tinggi—mencapai 25,6 persen—semakin memperberat perekonomian Negeri Para Dewa tersebut.
Kepala Ekonom BCA, David Sumual, melihat sejauh ini krisis Yunani belum menyebar ke negara-negara Eropa lainnya. Dia bertutur, kekhawatiran baru akan muncul bila krisis Yunani menyebar sebagaimana yang terjadi dalam kasus Lehman Brothers di Amerika Serikat pada 2008. Ketika itu, virus dari kebangkrutan Lehman menyebar ke negara-negara lain.
"Dalam krisis Yunani, kasus Lehman Brothers tidak terjadi. Pasar obligasi di Jerman, Belanda, dan Prancis tidak jatuh,” David mengungkapkan.
TIM TEMPO